MENGEMBANGKAN LIFE SKILL PADA ANAK

Rekan-rekan guru Sekolah Minggu, berikut ini sebuah karya tulis lama Admin Bahansekolahminggu yang dirasa perlu untuk memperluas wawasan kita bersama. Selamat membaca.

Dari sudut pandang ilmu pendidikan dikenal istilah “life skill” atau ketrampilan hidup.  Di Amerika Serikat, LeMahieu (1999) dari Department of Education State of Hawai‘I menyatakan “Enambelas tahun yang lalu publikasi yang berjudul “A Nation at Risk” menyebabkan suatu reformasi pendidikan dan perdebatan multidimensional di AS mengenai masa depan pendidikan di sana.”

Kemudian salah satu hasil dari gelombang reformasi pendidikan tersebut adalah lebih intensifnya pengembangan “life skill”, bahkan kemudian perdebatan dan konsep-konsep yang diajukan tersebut bukan hanya berkembang pesat di AS, namun meluas hingga ke seluruh dunia. Beberapa literatur dan laporan menyebutkan pengembangan konsep tersebut di benua Eropa, Asia,  dan Afrika. Sehingga kemudian PBB lewat UNICEF, WHO dan UNESCO mengembangkan konsep ketrampilan hidup ke dalam berbagai program antara lain kesehatan, kependudukan, dan pendidikan.

Definisi WHO mengenai “life skill” adalah the abilities for adaptive and positive behaviour that enable individuals to deal effectively with the demands and challenges of everyday life“. UNICEF mendefinisikannya sebagai : “a behaviour change or behaviour development approach designed to address a balance of three areas: knowledge, attitude and skills”.  UNICEF, UNESCO dan WHO membuat daftar sepuluh strategi pokok life skill yaitu :

  1. problem solving,
  2. critical thinking,
  3. effective communication skills,
  4. decision-making,
  5. creative thinking,
  6. interpersonal relationship skills,
  7. selfawareness building skills,
  8. empathy, 
  9. coping with stress and
  10. coping with emotions.

Self-awareness, self-esteem dan self-confidence adalah hal yang penting untuk mengerti kekuatan dan kelemahan seseorang.

Townson (2004) menyebutkan bahwa “life skill” pada setiap orang itu berbeda-beda, pengertian life skill menurutnya yaitu pengetahuan dan kemampuan yang memungkinkan seseorang untuk berfungsi di dalam masyarakat.


Ketrampilan Hidup (Life Skill)

Prianto (2001) bahwa mengungkapkan konsep pendidikan di Indonesia masih mengajarkan ‘kulit arinya’ saja. Artinya, murid hanya disodori setumpuk materi tanpa menyentuh kebutuhan yang lebih dalam dari seorang anak. Menurut Rose, hakekat belajar lebih sering diterjemahkan sebagai mengejar nilai, NEM atau ranking saja tanpa memperhatikan mutu, tingkah laku dan perkembangan pribadi anak. Kurikulum yang ada saat ini nampaknya belum mampu menemukan esensi pendidikan serta membantu mengembang kreativitas anak. Pemenuhan hak-hak anak seringkali juga tidak terpenuhi pada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat. Ambil contoh, hak bermain dan berekreasi mereka terganggu oleh jadwal sekolah yang padat, kurikulum yang melampaui beban, ataupun jadwal kursus yang bertubitubi harus dihadapi oleh seorang anak. Pendidikan dalam kondisi ini sarat diartikan untuk menjejali anak dengan pengetahuan sebanyak-banyaknya bukannya pada pengembangan anak akan pengetahuan esensial yang penting bagi kehidupan.

Sujono Jachja, Wakil Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak mengatakan dalam artikel Majalah Suar, Nopember 2001 sebenarnya masalah-masalah kesejahteraan anak dan hak anak atas pendidikan sudah dibicarakan mendalam. Ini mengingat Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi mensyaratkan bahwa setiap anak harus mendapatkan hak-haknya termasuk untuk pendidikan dasar. Namun demikian, Sujono melihat, secara realistis boleh jadi pemerintah mengalami kesulitan untuk memberikan perhatian kepada sekitar 45 juta anak, yaitu mereka yang berusia di bawah 18 tahun dan belum menikah, yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. “Sebagai negara yang telah meratifikasi Konvensi Internasional, pemerintah hendaknya melakukan upaya-upaya bertahap agar implementasi dari instrumen-instrumen hak asasi manusia dapat dilakukan,” jelasnya. Ditanya soal tanggung jawab untuk dapat dipenuhinya wajib belajar pendidikan dasar, Sujono Jachja mengatakan pendidikan dasar yang dimaksud bukan sekedar compulsory atau wajib belajar di sekolah, tetapi pendidikan pokok yang tidak hanya dilakukan oleh pemerintah dan wajib ditanggung pemerintah. Menurutnya, masyarakat juga dapat mengawali dan melakukannya. “Yang meski kita lakukan adalah universal education. Artinya, pendidikan itu dapat dinikmati oleh semua anak di semua tempat,” papar Sujono. Sementara itu, Saparinah Sadli, wakil ketua Komnas HAM menekankan, pendidikan formal bukanlah alternatif satu-satunya untuk melakukan proses belajar. Dikatakan, masalah kesempatan untuk memenuhi hak atas pendidikan idealnya memang tidak hanya diartikan secara sempit sebagai bersekolah (formal). “Apabila sumber daya di lingkungan sekitarnya tidak memadai, maka dapat dilakukan pendidikan alternatif dengan menggunakan sumber daya yang ada. Institusi agama dan adat dapat juga melakukan upaya-upaya pendidikan bagi anak-anak,” ujarnya. Saparinah Sadli menambahkan masyarakat dapat mencoba memberikan atau memenuhi pendidikan anak walaupun tidak dalam bentuknya yang formal dan berdasarkan kurikulum. Yang lebih penting, katanya, adanya sebuah kegiatan yang substansi dan bentuknya dalam arti luas dari pendidikan yaitu menyampaikan kepada anak tentang informasi atau ajaran yang dapat mengembangkan anak yang bersangkutan.

Dengan demikian diharapkan anak dapat mengenal dan mengerti apa yang perlu dia pahami pada usianya sebagai anak yang merupakan bagian dari suatu komunitas. “Lingkungan dan komunitas seringkali memiliki kegiatan yang disesuaikan dengan apa yang tersedia, apakah dana, orang atau gurunya. Setiap komunitas dapat berbuat sesuatu untuk anak-anak dan masa depannya,” tambahnya.

Menurut Minnesota Department of Children, Families, and Learning (1997) dalam Sims (1998), “Students are learning both to learn and to work. Learning and working are becoming synonyms. Both require practice, guidance, and support.”  The Minnesota Department of Children, Families, and Learning memberikan definisi bekerja sebagai suatu usaha produktif yang meliputi baik pekerjaan yang dibayar dan yang tidak dibayar seperti menjadi pelajar, melaksanakan kerja sebagai orang tua, mengurus rumah, mengerjakan hobi, atau pelayanan kerja sukarela.  Pekerjaan dalam kehidupan merujuk pada kegiatan bekerja sepanjang masa hidup dan bagaimana pekerjaan tersebut dikembangkan dan diselesaikan melalui pengalaman belajar yang direncanakan maupun tidak direncanakan.

Sims (1998) kemudian menyimpulkan bahwa : “It is clear that schools alone cannot prepare youth for their life work. To instill the capabilities of work/life skills in young people, public agencies, organizations, employers, communities, parents, and the school system must work together.”

Di AS dikembangkan suatu program berskala nasional untuk mengembangkan life skill, disebut dengan 4-H, yaitu program pengembangan pendidikan dari University of Illinois Extension. Program ini terdiri dari serangkaian delivery modes dimana pemuda belajar dalam setting grup atau dari dirinya sendiri. Seorang tuan rumah yang memandu aktivitas memperkaya program ini dengan sejumlah pengalaman.

Apa komponen utama dari life skills? World Health Organisation (WHO) mengkategorikannya ke dalam tiga komponen :

a)       Ketrampilan berpikir kritis/ ketrampilan membuat keputusan termasuk ketrampilan pemecahan masalah dan pengumpulan informasi. Seseorang harus berketrampilan mengevaluasi konsekuensi masa depan atas tindakannya dan tindakan orang lain terhadapnya saat ini. Mereka perlu kemampuan untuk menentukan alternatif pemecahan masalah untuk menganalisis pengaruh dari nilai-nilai mereka dan bagi nilai orang-orang di sekitar mereka.

b)      Ketrampilan interpersonal/ komunikasi– mencakup komunikasi verbal dan non verbal, mendengar secara aktif, kemampuan mengekspresikan perasaan dan memberikan umpan balik. Juga termasuk dalam kategori ini yaitu kemampuan bernegosiasi/ menolak dan dan ketrampilan bersikap tegas yang secara langsung berpengaruh pada kemampuan seseorang untuk mengelola konflik. Empati, yang merupakan kemampuan untuk mendengar dan mengerti kebutuhan orang lain, juga merupakan kunci bagi ketrampilan interpersonal. Termasuk juga di dalamnya kerjasama dalam tim dan kemampuan bekerjasama, kemampuan menyatakan hormat bagi orang-orang di sekitarnya. Pengembangan ketrampilan ini memberikan kemampuan bagi anak untuk beradaptasi dalam masyarakat. Ketrampilan-ketrampilan ini memberikan hasil dalam situasi penerimaan norma-norma sosial yang menjadi dasar perilaku sosial orang dewasa.

c)       Ketrampilan penanganan (Coping) dan manajemen diri merujuk pada ketrampilan-ketrampilan yang meningkatkan kontrol dari dalam diri, sehingga orang itu yakinn bahwa ia mampu membuat perubahan dan mempengaruhi perubahan itu. Self esteem, self-awareness, dan ketrampilan self-evaluation dan kemampuan untuk menetapkan tujuan juga merupakan bagian dari kategori umum dari ketrampilan memanaje diri  (self-management skills). Anger, grief and anxiety must all be dealt with, and the individual learns to cope loss or trauma. Stress and time management are key, as are positive thinking and relaxation techniques.

LeMahieu (1999) melaporkan bahwa hasil-hasil penelitian menunjukkan beberapa manfaat dari  Life Skills-Based Education yaitu : berkurangnya perilaku kekerasan; meningkatnya perilaku pro-sosial yang positif dan yang negatif berkurang; berkurangnya perilaku merusak diri sendiri; meningkatnya kemampuan membuat perencanaan masa depan dan memilih solusi atas permasalahan yang dihadapi; meningkatnya citra diri, kesadaran diri, kemampuan penyesuaian sosial; meningkatnya perolehan pengetahuan; membaiknya perilaku di dalam kelas; kemajuan dalam hal kontrol diri dan penanganan masalah-masalah inter-personal dan coping kecemasan; meningkatnya pemecahan masalah dengan rekan sebaya. Penelitian juga telah membuktikan bahwa sex education yang didasarkan pada life skill memberikan hasil berupa perubahan yang lebih efektif dalam penggunaan kontrasespsi bagi remaja; penundaan aktivitas pengalaman seksual pertama; penundaan penggunaan alkohol dan marijuana serta pengembangan sikap dan perilaku yang diperlukan menghadapi penyebaran HIV/AIDS.

Beberapa landasan teoretik yang berkaitan dengan konsep life skill yang digunakan dalam penelitian  ini berhubungan dengan Contextual Learning.

Contextual learning atau pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang dekat dengan pengalaman aktual. Pembelajaran kontekstual adalah suatu konsepsi yang membantu guru untuk menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk menghubungkan antara pengetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan mereka baik sebagai anggota keluarga, warga negara atau pekerja serta mengaitkannya dengan kebutuhan yang diperlukan dalam belajar.(Blanchard, 1991).

Menurut Simpson, (1992) dalam teori pembelajaran kontekstual, pembelajaran terjadi hanya apabila siswa (pembelajar) memproses informasi baru atau pengetahuan dengan suatu cara yang masuk akal menurut kerangka pikirnya sendiri (keadaan dalam dunianya sendiri, pengalaman atau tanggapan). Pendekatan pembelajaran kontekstual  terhadap belajar dan mengajar  menganggap bahwa pada dasarnya pikiran mencari suatu makna dalam suatu konteks—yaitu, dalam hubungannya dengan lingkungan sekarang darinya.—dan ini terjadi seperti itu dengan mencari hubungan-hubungan yang dapat diterima (masuk akal) dan kemudian dipahami bahwa ternyata hal itu berguna.

Beberapa hal yang menjadi karakter pembelajaran kontekstual menurutnya yaitu  yaitu :

a)      Menitikberatkan pada pemacahan masalah

b)      Diorganisasikan dengan keadaan dunia sekeliling

c)      Memungkinkan berbagai variasi sumber belajar

d)     Lebih mendorong terlaksananya pembelajaran di luar kelas

e)      Menghargai pengalaman belajar siswa dalam proses pembelajaran

f)       Mendorong adanya pembelajaran kolaboratif

Sedangkan model yang dijadikan dalam penyusunan model, yang juga menjadi salah satu acuan dalam meneliti kebutuhan anak jalan terhadap life skill  tertentu adalah model TLS atau Targeting Life Skill yang dikembangkan oleh Hendricks dan tim Iowa State University Extention.

Menurut Hendricks (1996) dalam Sims (1998), perkembangan pemuda adalah suatu proses mental, fisik dan pertumbuhan sosial selama suatu masa dimana para pemuda dipersiapkan untuk hidup secara produktif dan memuaskan dalam kebiasaan dan peraturan masyarakat.

Hendricks mendefinisikan life skill sebagai skill yang membantu seorang individu agar sukses dalam hidup yang produktif dan memberikan kepuasan. Hendricks mengembangkan Targeting Life Skills (TLS) model pada gambar di bawah.

Gambar 1. Model Targeting Life Skills (TLS).

Dalam model TLS ini, kategori life skill dibagi berdasarkan model 4H: yaitu Head (kepala, terdiri dari managing dan  thinking), Heart (hati, terdiri dari relating  dan caring), Hands (tangan, terdiri dari giving dan  working), dan Health (kesehatan, terdiri dari living  dan  being).

Dengan model TLS, perencana program dapat membantu pemuda untuk mencapai potensinya melalui pendekatan positif terhadap pengembangan life skill, penyampaian informasi dan latihan skill yang sesuai tingkat perkembangan, menuliskannya dengan spesifik, tujuan penghembangan life skill yang terukur, melengkapi rencana instruksional yang memberikan pengalaman berdasarkan teori belajar berpengalamanuntuk mencapai life skill dan mengidentifikasi indikator perubahan yang terukur juga untuk mengevaluasi pengaruh progam.

Resume Tugas Karya Tulis a.n. Mos F. Dari berbagai sumber.

Situs-situs Pelayanan Sekolah Minggu

Berikut ini sejumlah situs khusus pelayanan anak-anak Kristen dan sekolah minggu yang baik dan bermanfaat  untuk dikunjungi para orang tua, guru-guru maupun semua yang berkepentingan atau  berminat membantu pelayanan bagi anak-anak. Silakan klik link pada judul, maka Anda memasuki wadah maya yang penuh berkat tak terduga.

1. http://sekolahminggu.net/

Sekolahminggu.net menyediakan aneka Cerita Alkitab yang menarik dengan tampilan praktis disertai gambar-gambar menarik. Kategori artikel sangat beragam, ada pula lirik lagu-lagu sekolah minggu yang dapat Anda download.

2. http://pepak.sabda.org/

Pepak.sabda.org/ adalah situs “Sesepuh” yang juga menjadi pendorong saya kala memulai blogsite bahansekolahminggu.wordpress.com. PEPAK adalah singkatan dari Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen. Situs ini sangat lengkap. Banyak sekali materi pelayanan yang dapat diperoleh di PEPAK, baik untuk anak-anak, orang tua, guru sekolah minggu,pendeta, gembala, pastor atau siapa saja.

Pada ucapan selamat datang di situs PEPAK tertulis: Tidak hanya dari buku cetak, pada zaman teknologi saat ini, pelayan anak dapat memanfaatkan internet seluas-luasnya untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas pelayanannya. Oleh karena itu, silakan bergabung dalam situs PEPAK untuk mendapatkan ribuan bahan yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan Anda, sehingga pengajaran dan pelayanan Anda benar-benar menyentuh hati anak-anak layan yang Tuhan percayakan kepada Anda. Silakan masuk dalam kategori Guru-Pendidik. Berbagai metode dan cara mengajar pun dapat Anda temukan dalam situs PEPAK.

3. http://yesuscintaku.wordpress.com/

Pada blogsite yang diberi judul “Sekolah Minggu dan Pernak-Perniknya”  ini, dapat Anda temukan berbagai artikel menarik yang sangat berguna untuk diketahui para pelayan anak-anak dan guru sekolah minggu. Sebagian tulisan di blog ini, sebagaimana dikemukakan oleh Admin, juga ada di dalam situs PEPAK <http://pepak.sabda.org>. Bisa juga lihat di beberapa edisi e-BinaAnak.

Penulisnya menyatakan ingin menjadikan situs ini sebagai penguat komitmennya dalam dunia pelayanan anak dan ingin, berbagi beban seputar pelayanan anak dengan setiap pelayan anak Indonesia. Amen.

4. http://jeniuscaraalkitab.com/

Situs http://jeniuscaraalkitab.com/ berisi aneka materi kreatif yang mampu memperkaya para pelayan anak dengan cara unik. Layanan http://jeniuscaraalkitab.com/ juga bisa ditemukan di situs Youtube, sehingga memudahkan mempelajarinya. Untuk melihat video-videonya, silakan klik di sini http://www.youtube.com/user/SusanGraceWidiono/videos?view=0.

5. http://anakbersinar.com

Anak Bersinar Bangsa Gemilang, demikian kata yang saya kutip dari situs ini. Selanjutnya dikatakan, adalah seruan bersama untuk mengarahkan fokus, menyatukan hati dan memadukan langkah bersama untuk membangun generasi anak kita demi masa depan bangsa. Bukan hanya anak-anak di rumah kita atau di Gereja kita saja yang perlu kita perhatikan, tetapi anak-anak secara umum dimasyarakat.

Dalam situs ini bisa ditemukan berbagai materi pengaya yang sangat bermanfaat, antara lain berupa rtikel, video animasi, dan berbagai info kegiatan.

Demikian untuk sementara, info tentang lima situs pelayanan anak yang baik untuk kita kunjungi. Selamat memberkati.

KESAKSIAN & PENGAKUAN

DOA SYUKUR

Terimakasih Tuhan Yesus karena Kau memberikanku kesempatan merasakan kekurangan, sebab itulah aku mengerti makna bersyukur dalam kecukupan

Terimakasih Tuhan Yesus karena Kau memberikanku kesempatan berkelebihan, sebab itulah aku mengerti bahwa tak berbagi dalam kelebihan adalah kesalahan

Ampuni aku Tuhan karena menjauh dari Engkau dan terimakasih karena cobaan yang Kau ijinkan kuterima menyadarkanku…

Kini kumengerti betapa berharganya penyadaran dan betapa tak ternilainya sebuah kesadaran akan ketuhananMU!

Meski penyadaran itu berawal pahit dan kesesatan itu berawal manis, dengan kesadaran; pahit atau manis seharusnya senantiasa membuatku sadar, dan sadar membuatku senantiasa bersyukur.

"Muda menutup mata, tua merana", Karya: Moses Foresto, 2010, Oil on Canvas, 110cmX140cm.
"Muda menutup mata, tua merana", Karya: Moses Foresto, 2010, Oil on Canvas, 110cmX140cm.

Teringat akan puisi tahun 2008, dalam bebal tak berbatas, kemunafikan merajalela… sang pendusta kembali terhilang…

DOA ANAK HILANG

Dengan cara yang lembut dan tepat, Tuhan bertindak keras kepadaku.

Ia tahu persis apa yang kuperlukan.

Seperti dinding yang kokoh pagarnya tegas pada saat aku lemah dan lelah, bukan untuk menghimpit namun menjadi penopang yang mengendalikan jalan hidupku agar tak roboh dan tersesat.

Tersesatlah aku karena tidak menghasilkan buah-buah Roh melainkan buah-buah kedagingan yang menjerat leher dan menyesatkan.

Telah kupilih sendiri,  hasilkan buah-buah dalam Roh dan kebenaran bukannya hasilkan buah-buah dosa namun tidakanku berlawanan dengan pilihanku, sebab aku lemah dan bodoh

Saat ini buah-buah dosa menjadi bebanku. Buah-buah itu mengejar dan tak rela melepaskanku.

Tamengku, Perisai yang baik telah kuretakkan dengan dosa-dosa tak terhingga, bahkan kubuang dan kutinggalkan

Sekarang saatnya aku menentukan tindakan

Menjadi seperti Kain yang mengobarkan amarah pada Tuhan dengan menyalahkan Habil serta orang benar lainnya

Menjadi seperti Saul yang mengandalkan kekuatan sendiri, mencari Tuhan dengan tidak layak dan tak berkenan

Menjadi seperti Simson yang menjadi tak taat setelah menerima berkat dan bertindak tanpa hikmat

Tidak Tuhan, jauhkan aku dari pilihan-pilihan itu, aku mau seperti Daniel yang menguduskan diri demi Allah yang hidup

Aku mau seperti Daud yang dengan hikmat menyesali perbuatannya, hidup benar, layak dan berkenan di hadapan Engkau Tuhan

Jika terlalu jauh dan berat untuk menjadi seperti Paulus, aku mau seperti Stefanus yang hidup dan mati dalam kebenaran

Tuhan, setiap kali berbuat dosa aku membukakan celah bisa dan racun mencelakakan jiwaku..

Tak terhitung kini dosa-dosaku

Tak terhitung pula racun di dalam jiwaku

Kini ya Bapaku, kuduskanlah kiranya aku dari segala macam racun itu

Dengan berperisaikan Engkau, hindarkanlah aku dari serangan Iblis.

Aku milikMu ya Tuhan

Engkau yang telah menebusku dari kesia-siaan dan membawaku kepada kemuliaan anak Raja, namun semua pernah kutinggalkan untuk hidup dalam penyiksaan dan mengarahkan hidupku pada api neraka dalam kekekalan

Ampuni aku… maafkan aku, Tuhan Yesus

Terimalah aku kembali, anak hilang yang tak tahu diri

Kini aku sadar dan mencari Engkau, ijinkan lagi aku menemukan Enkau dan menautkan diriku denganMu ya Allah.

Terimakasih Tuhan Yesus Kristus, Amin.

Ungaran, 7 Oktober 2008

IJINKAN AKU KEMBALI, BAPA…

BERI HAMBA KEKUATAN…

MESKI BERKALI-KALI TERHILANG,

TERIMALAH HAMBA KEMBALI…

Ungaran, 24 Januari 2011

BAHASA ISYARAT (ABJAD ANGKA DAN HURUF AMERICAN SIGN LANGUAGE) BAGIAN 2

Berikut ini abjad sesuai sistem ASL. Gambar yang melambangkan abjad A-Z dan angka ini, sebenarnya merupakan tambahan saja, digunakan untuk menyusun kata, nama tempat, nama orang, jumlah yang belum ada lambang isyarat tangannya.

Untuk mempelajari dengan lebih menyenangkan, ada saya cantumkan contoh words puzzle versi abjad bahasa isyarat. Dengan gambar-gambar yang terpisah ini, diharapkan Anda mampu menyusun sendiri kata atau membuat teka-teki yang menyenangkan.

Selamat mencoba.

BAHASA ISYARAT (AMERICAN SIGN LANGUAGE) BAGIAN 1

Di Indonesia saat ini telah berkembang beberapa macam bahasa isyarat, antara lain SIBI, Bisindo dan kombinasi antara keduanya serta beberapa lagi tercampur dengan bahasa isyarat yang paling banyak digunakan secara Internasional yaitu ASL (American Sign Language).

Kebetulan dari beberapa rekan, bahan yang saya peroleh yaitu bahan-bahan ASL, namun tidak menutup kemungkinan setelah bahan baku untuk SIBI dan BISINDO telah diperoleh, akan saya masukkan juga dalam posting berikutnya. Mohon jika teman-teman yang membaca memiliki bahan-bahannya, mohon berbagi dengan mengirim email ke: mosesforesto@gmail.com.

Untuk sementara ini saya sampaikan nbagian berupa gambar sketsa bahasa isyarat ASL yang sempat terkumpul (sekitar 150 kata).

Selamat mempelajari.

Berikut ini akan saya tambahkan juga sebagian tulisan singkat dari Rndang Rusyani mengenai Sistem Komunikasi Tunarungu.

Berikut kutipannya.

Latar Belakang

Ketidak puasan terhadap oral dan manual

– Tidak semua ATR dapat mengembangkan cara berkomunikasi dengan berbicara

– Esensi komunikasi, pesan dapat tersampai kan dengan utuh, tanpa harus dengan cara tertentu

– Komunikasi cara oral merupakan ciri khas manusia pada umumnya

HAKEKAT KOMUNIKASI DAN BAHASA

Komunikasi adalah  keberhasilan dalam menyampaikan pesan/pikiran/gagasan seseorang kepada orang lain.

Bahasa kode dimana gagasan/ide tentang dunia/lingkungan sekitar diwakili oleh seperangkat simbol yang telah disepakati bersama guna mengadakan komunikasiBagaimana anak memperoleh penguasaan bahasa.

Kemampuan berbahasa tidak diperoleh melalui penularan begitu saja (kematangan) dan juga tidak melalui diajar secara khusus (language is neither caught nor taught).Bahasa ibu dikuasai anak mendengar apabila terdapat dua kondisi terpenuhi, yaitu:

• Akses terhadap bahasa dalam jumlah yang besar.

Kata pertama yang diucapkan anak adalah kata ”mama.” Mengapa ? kata tersebut mudah dilafalkan, paling sering diucapkan kepada anak. Dalam satu minggu, diucapkan sampai 3000 kali

• Adanya kesempatan untuk berinteraksi secara aktif.

Hasil penelitian  A. Trip menunjukkan bahwa akses kebahasaan yang banyak tidak akan menumbuhkan penguasaan bahasa tanpa ada kesempatan interaksi (percakapan) yang aktif dengan lingkungannya.

Kondisi-kondisi optimal untuk mengembangkan kemampuan berbahasa:

1. Akses terhadap sejumlah besar bahasa. Anak tunarungu  ringan dan sedang gunakan ABM, untuk yang berat dapat menggunakan isyarat

2.   Masukkan bahasa yang diperoleh anak harus lengkap. Gunakan kalimat singkat, sederhana tetapi lengkap dari segi tata bahasanya,

3.   Orangtua/guru harus menggunakan bahasa yang berada sedikit di atas taraf kemampuan bahasa anak, dan jangan terlalu disederhanakan

4. Masukkan bahasa harus diberikan dalam konteks atau situasi komunikasi yang jelas,

5. Agar anak dapat memahami interaksi yang terjadi. ajak berbicara mengenai hal-hal yang konkrit di lingkungannya, kemudian tingkatkan kepada pembicaraan yang abstrak agar anak dapat memahami pembicaraan yang di luar konteks, tetapi pada tahap awal konteks harus jelas

6. Masukkan informasi harus berlangsung secara konsisten. Harus ada orang yang menguasai bahasa yang digunakan  dalam berinterkasi dengan anak. Misalnya, untuk anak tunarungu berat harus ada orang yang menguasai sistem isyarat supaya masukkan bahasa lengkap dan konsisten

Permasalahan Kebahasaan Anak Tunarungu

• Anak Tunarungu tidak dapat atau kurang mampu berbicara dengan baik. Berbicara bukan satu-satunya cara untuk berkomunikasi, karena bicara merupakan salah satu cara dari sekian cara berkomunikasi,

• Permasalahan utama Anak Tunarungu bukan pada ketidak-mampuannya dalam berkomunikasi melainkan akibat dari hal tersebut terhadap perkembangan kemampuan berbahasanya, yaitu ketidakmampuan untuk memahami lambang dan aturan bahasa.

PENGERTIAN KOMUNIKASI TOTAL

• Suatu cara komunikasi yang memanfaatkan segala media komunikasi ( berbicara, membaca ujaran, menulis, membaca, mendengarkan, isyarat alamiah, isyarat baku, abjad jari, gerak tubuh, mimik dll yang dilakukan secara terpadu).

• Tujuan: Tercapai komunikasi yang efektif antara sesama tunarungu ataupun dengan masyarakat luas dengan menggunakan media berbicara, membaca bibir, mendengar dan berisyarat  Pengertian Sistem Isyarat Bahasa Indonesia

Salah satu media komunikasi sesama kaum tunarungu dalam bentuk tataan yang sistematis tentang seperangkat isyarat jari, tangan, dan berbagai gerak yang melambangkan kosa kata bahasa Indonesia

SEJARAH MEDIA KOMUNIKASI ANAK TUNARUNGU DI INDONESIA

  • · 1978 diawali oleh SLB Zinnia Jakarta
  • · 1981 diikuti oleh SLB Karya Mulya Surabaya
  • · Isyarat yang digunakan ASL yang diperkenalkan oleh Ibu Baron Sutadisastra

•1982  KKPLB Pusat Pengembangan Kurikulum dan sarana Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Dikbud merancang panduan penerapan Komtal.

•1986 kegiatan pengembangan terhenti

•1989 dilanjutkan lagi oleh KKPLB yang berkedudukan di IKIP Jakarta

•1989 SLB Karya Mulya telah menghasilkan Pedoman Isyarat Bahasa Indonesia

•1990 SLB Zinnia menerbitkan Kamus Dasar Basindo

•1990 KKPLB melahirkan Kamus Isyarat yang berdasarkan isyarat lokal yang berkembang di 11 lokasi

Tokoh-tokoh terkenal dalam dunia pendidikan AGP

Sejak abab ke 16 telah dikembangkan cara-cara komunikasi untuk AGP

Fedro Ponce de Leon.

Pada abad ke 16 tepatnya pada tahun 1510 – 1584 di Spanyol, Leon telah mengembangkan kemampuan berbahasa anak gangguan pendengaran agar dapat berbicara melalui tulisan dan membaca. Cara yang dikembangkan Leon ini dikenal dengan sebutan Metode Spanyol. Metode ini sampai sekarang sangat terkenal dan banyak digunakan di berbagai negara, termasuk di Indonesia.

Joe L’hanes Conrad Amman

Pada abad ke 17 tepatnya pada tahun 1669 – 1724 di Jerman, Amman mengembangkan kemampuan berbahasa anak yang mengalami gangguan pendengaran dengan menggunakan metode oral, pandangannya lebih modern dari pada Leon, beliau juga mengajar melalui membaca ujaran (speech reading).

Metode Amman ini terkenal dengan sebutan Metode Jerman, dan pada abad ke 18 sekolah-sekolah untuk anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran bermunculan karena keberhasilan penggunaan metode oral tersebut.

Orang yang paling terkenal mengembangkan metode oral ini yaitu Samuel Heinicke (1727 – 1790)

Delgarno

Tahun 1680 Delgarno mengembangkan metode Dactylology.  Penggunaan ejaan jari (finger speeling) dengan satu tangan, dan dia juga mencita-citakan pengajaran bahasa ibu.

Penerus Delgarno yaitu Alexander Grahan Bell dari Amerika (1884). Bell menggunakan bentuk tulisan dari bahasa ibu, dan beliau juga yang menemukan gagasan pemakaian ABM.

Metodenya terkenal dengan sebutan Metode Aural, dan cara pengajarannya menggunakan metode okasional.

Charles Michel d L’ Epee

L’ Epee dari Perancis pada tahun 1712 – 1789 mengembangkan metode Isyarat. Pendapatnya, bahwa bahasa isyarat merupakan bahasa alamiah orang-orang yang mengalami gangguan pendengaran, walaupun dia memahami bahwa bahasa lisan merupakan bahasa yang paling sempurna. Metode L’ epee ini terkenal dengan sebutan Metode Perancis. Metodenya sampai sekarang banyak digunakan di hampir seluruh penjuru dunia Frederich Moritz Hill (1805 – 1874)

Orang yang menerapkan metode pengajaran bahasa untuk anak yang memiliki gangguan pendengaran dengan menggunakan prinsip-prinsip metode pengajaran untuk anak yang mendengar dari

Johann Heinnrich Pestalozzi’s (1746 – 1827), yaitu mother method. Motto mother method adalah ”teaching of spoken language is in everything”.

Pengaruh Hill tersebar dengan pesat di seluruh Eropa, kemudian menyebar ke Amerika Serikat, bahkan sampai saat ini di Amerika Serikat, yaitu di kota Nortthamptom dan Massashusetts

Sekolah oral yang sangat terkenal sejak jamannya Hill yaitu Clarke

School for The Deaf Johane Vatter

Tokoh pendidikan AGP yang sangat idealis dari Jerman pada tahun 1824 – 1916. Vatter memiliki cita-cita yang sangat ideal yaitu berharap AGP dapat belajar berpikir dengan bahasa verbal dan bercita-cita agar AGP dapat berkomunikasi di lingkungannya secara wajar layaknya orang-orang yang mendengar.

Vatter dalam pengajaran bahasanya menggunakan metode gramatikal Edmun Miner Gallaudet.

Gallaudet adalah seorang tokoh pendidikan AGP yang sangat terkenal dari Amerika Serikat pada tahun 1837 – 1917, dan pengaruhnya menyebar sampai saat ini ke seluruh penjuru dunia, termasuk ke Indonesia.

Gallaudet memberikan pendidikan kepada anak gangguan pendengaran dengan menggunakan media isyarat dan ejaan jari disamping bicara dan membaca ujaran.

Metode Gallaudet merupakan campuran yaitu mencampurkan metode bicara, membaca ujaran, isyarat dan ejaan jari dalam kegiatan pembelajaran. Metodenya disebut sebagai Combined System.

Hellen Keller

Keller adalah seorang tokoh yang sangat terkenal dan luar biasa, karena dia seorang yang memiliki kebutuhan khusus (mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan) namun mampu menguasai bahasa verbal secara sempurna melalui penggunaan abjad tangan dan tulisan braille, disamping itu dia juga menguasai bahasa lisan melalui penggunaan metode Tadoma

Dr. Ewing

Tokoh pendidikan AGP dari Inggris yang bernama Ewing (1947), dia memelopori penangan dini bagi pendidikan AGP (Pendidikan Usia Dini bagi AGP),  Pada tahun 1957 diikuti oleh seorang tokoh pendidikan dari negeri Balanda yaitu  Van Uden.

Uden seorang tokoh terkenal Metode Maternal Reflektif dalam mengembangkan bahasa untuk AGP dengan menggunakan Model Penguasaan Bahasa Ibu.

Uden dalam memberikan pengalaman-pengalaman pembelajaran bahasanya kepada anak yang mengalami gangguan pendengaran menggunakan cara-cara yang biasa dilakukan oleh seorang ibu dalam melakukan percakapan dengan anaknya yang belum berbahasa.

Westerveld

Seorang tokoh pendidikan AGP dari Amerika. Westerveld terkenal dengan penemuannya dalam pengajaran bahasa untuk AGP dengan menggunakan metode oral yang dipadu dengan metode abjad jari (bukan isyarat),

Metodenya disebut sebagai Metode Rochester

TERMINOLOGI DAN PERKEMBANGAN SIBI

• Isyarat lokal adalah isyarat yang tumbuh dan berkembang pada komunitas tunarungu di wilayah Indonesia

• Isyarat serapan adalah isyarat yang diangkat dari isyarat-isyarat berkembang dari negara lain

• Isyarat temuan adalah isyarat-isyarat baru yang ditemukan pada saat ujicoba

• Isyarat tempaan adalah isyarat yang ditempa oleh KKPLB

• 1992 panduan dan isyarat yang dikembangkan KKPLB diujicoba di 5 SLB

• 1993 PPKSP BP3K memadukan isyarat yang dikembangkan oleh KKPLB, Karya Mulya dan Zinnia dan tersusun Draf Kamus Isyarat Bahasa Indonesia  LANJUTAN

• 1993 DEPDIKBUD mengeluarkan kebijakan untuk memadukan isyarat hasil karya pengembangan P2KSP BP3K, KKPLB, SLB Zinnia dan SLB Karya Mulya, lahirlah kamus baku yaitu Kamus Isyarat Nasional

• Selanjutnya disebut ISYANDO

SIBI

Pengertian

• Tataan yang sistematis mengenai seperangkat isyarat jari, tangan dan berbagai gerak yang melambangkan kosa kata bahasa Indonesia

Tujuan

•Salah satu cara untuk membantu kelancaran berkomunikasi sesama kaum tunarungu di dalam masyarakat yang lebih luas   METODE KOMUNIKASI ATR

• Kelompok yang meyakini media komunikasi oral yang paling tepat digunakan untuk mengembangkan potensi ATR disebut aliran oral atau oralisme,

• Kelompok yang meyakini media komunikasi isyarat yang paling tepat digunakan untuk mengembangkan potensi ATR disebut aliran manual atau manualisme,

• Kelompok campuran (combined system), mereka yang meyakini bahwa media komunikasi oral maupun manual dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan potensi ATR  ORALISME

• Titik berat metode komunikasi oral dalam mengekspresikan gagasan/pikiran/ perasaan:

– Pengucapan/ ujaran

– Membaca ujaran (speech reading)

• Tujuan ATR diberikan metode komunikasi oral yaitu agar ATR baik dalam menerima pesan atau mengekspresikan gagasan, pikiran, dan perasaannya diharapkan melalui cara-cara yang lazim digunakan oleh anak-anak pada umumnya, juga diharapkan dapat menerima akses kebahasaan yang lebih besar dari lingkungannya

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran bahasa agar ATR dapat menggunakan metode komunikasi oral dengan baik,

• Gunakan bahasa sehari-hari secara wajar

• Materi ambil dari pengalaman anak

• Berikan penekanan pada pembelajaran membaca ujaran

• Perkuat latihan meniru ujaran yang wajar

• Gunakan setiap kesempatan untuk memberikan pengalaman bahasa yang wajar

• Gunakan pendekatan percakapan dalam pembelajaran, karena melalui percakapan bukan hanya terjadi pertukaran pengalaman dan pikiran, dalam percakapan terjadi percakapan bahasa yang lengkap, seperti bentuk-bentuk kalimat, gaya bahasa, intonasi, irama dan lagu kalimat, percakapan juga merupakan dasar penguasaan bahasa.Jenis-jenis Pendekatan Metode Oral

• Pendekatan oral kinestetik, yaitu suatu pendekatan oral yang mengandalkan membaca ujaran, peniruan melalui penglihatan, serta rangsangan perabaan, dan kinestetik tanpa memanfaatkan sisa pendengaran

• Pendekatan Unisensory, yaitu suatu pendekatan yang memberikan penekanan terhadap penggunaan ABM yang bermutu tinggi serta latihan mendengar. Dalam pendekatan ini membaca ujaran dinomorduakan.

• Pendekatan Oral Grafik, yaitu pendekatan oral yang menggunakan tulisan sebagai sarana dalam mengembangkan kemampuan komunikasi oral. Alexander Graham Bell mengembangkan kemampuan bahasa istrinya yang mengalami gangguan pendengaran (tuli) dengan cara ini.

Pendekatan ini kemudian digunakan di SLB B St. Michielgestel Negeri Belanda untuk ATR yang menderita aphasia.

Orang mengalami gangguan fungsi otak mengalami kesulitan dalam mengontrol organ artikulasi dan mengalami kelemahan dalam mengingat data yang disajikan secara berurutan, seperti dalam membaca ujaranKelebihan-kelebihan menggunakan metode komunikasi oral

• Metode komunikasi oral lebih fleksibel, baik pembicara maupun lawan bicara, lebih bebas

• Metode komunikasi oral lebih berdifrensiasi, dapat mengungkapkan nuansa perasaan dan hal-hal yang abstrak

• Menggembirakan, karena dapat digunakan untuk melakukan komunikasi lebih luas dengan masyarakat pada umumnyaKelemahan-kelemahan menggunakan metode komunikasi oral

• Sulit dilaksanakan bagi anak yang mengalami gangguan pendengaran dan mengalami gangguan lain, seperti: gangguan penglihatan, gangguan kecerdasan

• Terdapat beberapa konsonan yang dasar pengucapannya tidak dapat diamati secara kasat mata, karena dibentuk di bagian belakang mulut, seperti: k, g, serta yang tidak dapat dibedakan pada waktu diucapkan, seperti pada kata ”babi – papi, palu – malu, baju – maju”

• Sulit diamati pada jarak panjang yang agak jauh

• Banyak kata-kata dalam gerak bentuk bibir sama tetapi memiliki makna yang berbeda.

Wicara sebagai Media Komunikasi Oral

• Wicara adalah kemampuan yang dimiliki oleh manusia dalam mengucapkan bunti-bunyi  bahasa untuk mengekspresikan pikiran, gagasan, perasaan dengan memanfaatkan nafas, alat-alat ucap, otot-otot, dan syaraf secara terintegrasi.

• Wicara yaitu alat mengkomunikasikan pikiran, perasaan, gagasan, dalam kehidupan bermasyarakat  atau alat kontrol sosial, yang ditandai dengan ucapan yang jelas, pemilihan kata yang tepat dan penggunaan kelompok kata dan kalimat yang seksama.

Tujuan ATR diberikan latihan wicara

Agar:

• mampu mengucapkan kata, kelompok kata dan kalimat dengan jelas

• mampu mengendalikan alat ucapnya untuk perbaikan mutu bicaranya

• mampu memilih dan menggunakan kata dan kalimat yang tepat dalam berkomunikasi secara lisan

• senang menggunakan cara bicara dalam mengadakan komunikasi

• terampil menangkap menangkap bicara orang lain dengan cara membaca ujaran  dan memanfaatkan sisa pendengarannya

• meningkatkan sikap berpikir secara oral ATR kemampuan wicara baik

• Mampu berkomunikasi dalam masyarakat yang lebih luas,

• Mampu bekerja dan berintegrasi dalam masyarakat yang lebih luas

• Dapat mengembangkan diri sesuai dengan asas pendidikan seumur hidupMateri

• Latihan Wicara

• Latihan keterarahan wajah

• Latihan keterarahan suara

• Latihan pelemasan organ bicara: bibir, lidah, rahang

• Latihan pernafasan, seperti: meniup dengan hembusan, meniup dengan letupan, dan latihan menghirup dan menghembuskan nafas melalui hidung

• Latihan pembentukan suara: (1) menyadarkan untuk bersuara, (2) merasakan getaran pada dada pelatih, (3) menirukan ujaran pelatih sambil meraba dada, (4) melafalkan vokal bersuara, (5) meraban sambil merasakan getaran

• Latihan Pembentukan Fonem

• Latihan penggemblengan, perbaikan dan penyadaran irama

• Latihan pengembanganBahan-bahan Latihan

• Bahan fonologik

• Fonem segmental (fonem yang berwujud bunyi bahasa) vokal, konsonan, diftong

• Fonem suprasegmental (fonem yang tidak berwujud bunyi bahasa) aksen, intonasi, irama dan tempo

• Bahan morfologik; karta dasar, kata jadian/imbuhan, kata ulang dan kata majemuk

• Bahan sintaksis: kalimat berita, kalimat ajakan, perintah, larangan dan kalimat tanyaMetode

• Metode Global Diferensiasi, cara ini berangkat dari pertimbangan kebahasaan, yaitu bahasa pertama-tama menampakkan diri dalam ujaran dan dalam struktur  atau totalitas.

• Cara dimulai dengan cara ujaran yang utuh (global) kemudian ke fonem-fonem sebagai satuan bahasa yang paling kecil. Kegiatan dimulai dari kalimat ke kelompok kata ke kata dan ke fonem. Contoh:

Bu baju saya baru, kata Budi (kalimat), Bu / baju saya / baru, kata

Budi (kelompok kata)

Fonem yang akan dibentuk dan dikembangkan, fonem /b/, misalnya:

ba, ba, ba, bo,bo,bo, bu, bu, bu lalu kembali ke baju Budi baru

• Analisis Sintesis, yaitu kebalikan dari global difrensiasi, yakni dari fonem, kata, kelompok kata kemudian menuju ke kalimat

• Multi sensori. Metode ini didasarkan atas modalitas yang dimiliki anak, yaitu menggunakan seluruh sensori untuk memperoleh kesan-kesan bicara melalui penglihatan, pendengaran, taktil, kinestetik

• Metode suara, metode ini didasarkan atas perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan ditemukannya alat bantu mendengar

Alat-alat

• Untuk rangsangan visual: cermin, lampu, buku catatan, gambar-gambar, kartu identifikasi, alat kontrol sengau, alat plosif dan pias kata

• Untuk rangsangan auditoris: speech trainer, ABD klasikal dan ABD individual,

• Untuk rangsangan vibrasi: vibrator dan sikat getar

• Untuk pernafasan: lilin, kipas, parfum, gelembung air sabun, peluit, saluran kayu dengan bola pingpong

• Untuk pelemasan: kue kering, permen bertangkai, madu dll Berdasarkan Fonetika

• Metode Fonetik, yaitu urutan latihan didasarkan pada mudah sukarnya bunyi bunyi menurut ilmu fonetik.

Bunyi bahasa diajarkan dari masing-masing deretan bunyi yang letaknya paling depan atu di muka mulut, karena bunyi-bunyi tersebut paling mudah dilihat dan paling mudah ditirukan. Pertama p, b, w, l, m kemudian t, d, n, lalu k, g dan yang terakhir c, j, ny.

• Metode Tangkap dan Peran Ganda. Metode ini didasarkan atas asas individualitas anak. Guru melatih anak untuk berbicara bukan berdasarkan pada urutan fonem, tetapi berdasarkan fonem yang paling mudah diucapkan. Kepekaan guru sangat dituntut dalam menangkap fonem yang diucapkan secara spontan. Fonem ini merupakan titik tolak yang dikembangkan dalam kata-kata sebagai materi pelajaran. Fonem-fonem yang sukar bagi anak tidak dipaksakan, tetapi ditunda dulu sampai anak sedikit maju.

Blog di WordPress.com.

Atas ↑