APSINTUS, RACUN YANG MEMATIKAN

(Rekan-rekan guru Sekolah Minggu dan orang tua terkasih, berikut ini sebuah tulisan mengenai apsintus yang saya himpun dan edit dari berbagai sumber untuk sama-sama kita renungkan agar pelayanan kita berkenan dan layak di hadapa-Nya.)

illus-11

Pernahkah Saudara mungkin menerima perlakuan pahit di sekolah, di kantor, di rumah, di gereja atau bahkan di mana saja dan kemudian merasa sangat jengkel, marah atau ada luapan kebencian yang sulit ditahan sehingga kemudian terlampiaskan lagi kepahitan tersebut pada seseorang atau sejumlah orang di sekitarnya?

Suatu kepahitan yang tersimpan lama sehingga menjadi luka batin yang bahkan merubah sikap-sikap positif yang ada pada seseorang menjadi serba negatif. Bayangkan jika seseorang menerima kepahitan, kemudian akibatnya ia berpikir pahit dan bertindak pahit pula pada beberapa orang lainnya, orang lain tersebut kemudian masing-masing berbuahkan tindakan atau perkataan pahit pula pada beberapa orang lain lagi dan seterusnya, betapa cepatnya kepahitan menyebarluas!! Apakah Saudara meneruskan kepahitan-kepahitan yang diterima kepada orang lain? Atau menyimpan kepahitan baik-baik dan secara rapi dalam hidup Saudara ?

Patutkah hal demikian terjadi pada seorang anak Tuhan? Tidak, sama sekali tidak. Sebab salib Kristus seharusnya mampu meredam, memunahkan segala bentuk sengat kepahitan yang berbuah maut tersebut dan bahkan merubah buahnya menjadi manis. Segala bentuk senat kepahitan tersebut dikenal pula dengan istilah apsintus.

Apakah apsintus itu? Bagaimana kira-kira gambarannya dalam kehidupan seseorang? Untuk jelasnya silakan unduh tulisan dengan meng-klik link berikut ini: Artikel Apsintus

AQUA = Aneka Quiz Alkitab (bagian 1)

PENGANTAR DAN TUNTUNAN PENGGUNAAN “AQUA” (ANEKA QUIZ ALKITAB)

Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, karena kamu mengenal Bapa.

Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu mengenal Dia, yang ada dari mulanya.

Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu kuat dan firman Allah diam di dalam kamu dan kamu telah mengalahkan yang jahat. (I Yohanes 2:14)

Sungguh suatu hal yang indah bila kita dapat memperkenalkan pada setiap orang Firman Tuhan “Marilah anak-anak, dengarkanlah aku,   takut akan TUHAN akan kuajarkan kepadamu!” (Mazmur 34:12), untuk itu perkenalkanlah Firman Allah pada setiap orang di setiap kesempatan.

Buku ini ditujukan bagi anak Sekolah Minggu tingkat usia 9 s/d 13 tahun, namun juga menarik bagi Remaja, Pemuda dan Orang Tua. Buku ini asyik dibahas bersama teman, orang tua dengan anak, atau pengisi waktu luang anda sendiri.Dalam Alkitab kita ada jawaban untuk semua persoalan.

Gunakanlah Alkitab Anda untuk menjawab dan mengerjakan Aqua, niscaya akhirnya akan Anda temukan bahwa bukan hanya Aqua yang dapat diselesaikan, namun seluruh persoalan dalam kehidupan Anda juga dapat diselesaikan dengan Firman Tuhan yang berkuasa.

SELAMAT BELAJAR DAN MELAYANI, TUHAN YESUS MEMBERKATI.

Silakan klik link berikut ini untuk mengunduh buku materi AQUA selengkapnya: 000 AQUA u blog

Selamat melayani.

Penyusun, Moses

MENGEMBANGKAN LIFE SKILL PADA ANAK

Rekan-rekan guru Sekolah Minggu, berikut ini sebuah karya tulis lama Admin Bahansekolahminggu yang dirasa perlu untuk memperluas wawasan kita bersama. Selamat membaca.

Dari sudut pandang ilmu pendidikan dikenal istilah “life skill” atau ketrampilan hidup.  Di Amerika Serikat, LeMahieu (1999) dari Department of Education State of Hawai‘I menyatakan “Enambelas tahun yang lalu publikasi yang berjudul “A Nation at Risk” menyebabkan suatu reformasi pendidikan dan perdebatan multidimensional di AS mengenai masa depan pendidikan di sana.”

Kemudian salah satu hasil dari gelombang reformasi pendidikan tersebut adalah lebih intensifnya pengembangan “life skill”, bahkan kemudian perdebatan dan konsep-konsep yang diajukan tersebut bukan hanya berkembang pesat di AS, namun meluas hingga ke seluruh dunia. Beberapa literatur dan laporan menyebutkan pengembangan konsep tersebut di benua Eropa, Asia,  dan Afrika. Sehingga kemudian PBB lewat UNICEF, WHO dan UNESCO mengembangkan konsep ketrampilan hidup ke dalam berbagai program antara lain kesehatan, kependudukan, dan pendidikan.

Definisi WHO mengenai “life skill” adalah the abilities for adaptive and positive behaviour that enable individuals to deal effectively with the demands and challenges of everyday life“. UNICEF mendefinisikannya sebagai : “a behaviour change or behaviour development approach designed to address a balance of three areas: knowledge, attitude and skills”.  UNICEF, UNESCO dan WHO membuat daftar sepuluh strategi pokok life skill yaitu :

  1. problem solving,
  2. critical thinking,
  3. effective communication skills,
  4. decision-making,
  5. creative thinking,
  6. interpersonal relationship skills,
  7. selfawareness building skills,
  8. empathy, 
  9. coping with stress and
  10. coping with emotions.

Self-awareness, self-esteem dan self-confidence adalah hal yang penting untuk mengerti kekuatan dan kelemahan seseorang.

Townson (2004) menyebutkan bahwa “life skill” pada setiap orang itu berbeda-beda, pengertian life skill menurutnya yaitu pengetahuan dan kemampuan yang memungkinkan seseorang untuk berfungsi di dalam masyarakat.


Ketrampilan Hidup (Life Skill)

Prianto (2001) bahwa mengungkapkan konsep pendidikan di Indonesia masih mengajarkan ‘kulit arinya’ saja. Artinya, murid hanya disodori setumpuk materi tanpa menyentuh kebutuhan yang lebih dalam dari seorang anak. Menurut Rose, hakekat belajar lebih sering diterjemahkan sebagai mengejar nilai, NEM atau ranking saja tanpa memperhatikan mutu, tingkah laku dan perkembangan pribadi anak. Kurikulum yang ada saat ini nampaknya belum mampu menemukan esensi pendidikan serta membantu mengembang kreativitas anak. Pemenuhan hak-hak anak seringkali juga tidak terpenuhi pada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat. Ambil contoh, hak bermain dan berekreasi mereka terganggu oleh jadwal sekolah yang padat, kurikulum yang melampaui beban, ataupun jadwal kursus yang bertubitubi harus dihadapi oleh seorang anak. Pendidikan dalam kondisi ini sarat diartikan untuk menjejali anak dengan pengetahuan sebanyak-banyaknya bukannya pada pengembangan anak akan pengetahuan esensial yang penting bagi kehidupan.

Sujono Jachja, Wakil Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak mengatakan dalam artikel Majalah Suar, Nopember 2001 sebenarnya masalah-masalah kesejahteraan anak dan hak anak atas pendidikan sudah dibicarakan mendalam. Ini mengingat Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi mensyaratkan bahwa setiap anak harus mendapatkan hak-haknya termasuk untuk pendidikan dasar. Namun demikian, Sujono melihat, secara realistis boleh jadi pemerintah mengalami kesulitan untuk memberikan perhatian kepada sekitar 45 juta anak, yaitu mereka yang berusia di bawah 18 tahun dan belum menikah, yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. “Sebagai negara yang telah meratifikasi Konvensi Internasional, pemerintah hendaknya melakukan upaya-upaya bertahap agar implementasi dari instrumen-instrumen hak asasi manusia dapat dilakukan,” jelasnya. Ditanya soal tanggung jawab untuk dapat dipenuhinya wajib belajar pendidikan dasar, Sujono Jachja mengatakan pendidikan dasar yang dimaksud bukan sekedar compulsory atau wajib belajar di sekolah, tetapi pendidikan pokok yang tidak hanya dilakukan oleh pemerintah dan wajib ditanggung pemerintah. Menurutnya, masyarakat juga dapat mengawali dan melakukannya. “Yang meski kita lakukan adalah universal education. Artinya, pendidikan itu dapat dinikmati oleh semua anak di semua tempat,” papar Sujono. Sementara itu, Saparinah Sadli, wakil ketua Komnas HAM menekankan, pendidikan formal bukanlah alternatif satu-satunya untuk melakukan proses belajar. Dikatakan, masalah kesempatan untuk memenuhi hak atas pendidikan idealnya memang tidak hanya diartikan secara sempit sebagai bersekolah (formal). “Apabila sumber daya di lingkungan sekitarnya tidak memadai, maka dapat dilakukan pendidikan alternatif dengan menggunakan sumber daya yang ada. Institusi agama dan adat dapat juga melakukan upaya-upaya pendidikan bagi anak-anak,” ujarnya. Saparinah Sadli menambahkan masyarakat dapat mencoba memberikan atau memenuhi pendidikan anak walaupun tidak dalam bentuknya yang formal dan berdasarkan kurikulum. Yang lebih penting, katanya, adanya sebuah kegiatan yang substansi dan bentuknya dalam arti luas dari pendidikan yaitu menyampaikan kepada anak tentang informasi atau ajaran yang dapat mengembangkan anak yang bersangkutan.

Dengan demikian diharapkan anak dapat mengenal dan mengerti apa yang perlu dia pahami pada usianya sebagai anak yang merupakan bagian dari suatu komunitas. “Lingkungan dan komunitas seringkali memiliki kegiatan yang disesuaikan dengan apa yang tersedia, apakah dana, orang atau gurunya. Setiap komunitas dapat berbuat sesuatu untuk anak-anak dan masa depannya,” tambahnya.

Menurut Minnesota Department of Children, Families, and Learning (1997) dalam Sims (1998), “Students are learning both to learn and to work. Learning and working are becoming synonyms. Both require practice, guidance, and support.”  The Minnesota Department of Children, Families, and Learning memberikan definisi bekerja sebagai suatu usaha produktif yang meliputi baik pekerjaan yang dibayar dan yang tidak dibayar seperti menjadi pelajar, melaksanakan kerja sebagai orang tua, mengurus rumah, mengerjakan hobi, atau pelayanan kerja sukarela.  Pekerjaan dalam kehidupan merujuk pada kegiatan bekerja sepanjang masa hidup dan bagaimana pekerjaan tersebut dikembangkan dan diselesaikan melalui pengalaman belajar yang direncanakan maupun tidak direncanakan.

Sims (1998) kemudian menyimpulkan bahwa : “It is clear that schools alone cannot prepare youth for their life work. To instill the capabilities of work/life skills in young people, public agencies, organizations, employers, communities, parents, and the school system must work together.”

Di AS dikembangkan suatu program berskala nasional untuk mengembangkan life skill, disebut dengan 4-H, yaitu program pengembangan pendidikan dari University of Illinois Extension. Program ini terdiri dari serangkaian delivery modes dimana pemuda belajar dalam setting grup atau dari dirinya sendiri. Seorang tuan rumah yang memandu aktivitas memperkaya program ini dengan sejumlah pengalaman.

Apa komponen utama dari life skills? World Health Organisation (WHO) mengkategorikannya ke dalam tiga komponen :

a)       Ketrampilan berpikir kritis/ ketrampilan membuat keputusan termasuk ketrampilan pemecahan masalah dan pengumpulan informasi. Seseorang harus berketrampilan mengevaluasi konsekuensi masa depan atas tindakannya dan tindakan orang lain terhadapnya saat ini. Mereka perlu kemampuan untuk menentukan alternatif pemecahan masalah untuk menganalisis pengaruh dari nilai-nilai mereka dan bagi nilai orang-orang di sekitar mereka.

b)      Ketrampilan interpersonal/ komunikasi– mencakup komunikasi verbal dan non verbal, mendengar secara aktif, kemampuan mengekspresikan perasaan dan memberikan umpan balik. Juga termasuk dalam kategori ini yaitu kemampuan bernegosiasi/ menolak dan dan ketrampilan bersikap tegas yang secara langsung berpengaruh pada kemampuan seseorang untuk mengelola konflik. Empati, yang merupakan kemampuan untuk mendengar dan mengerti kebutuhan orang lain, juga merupakan kunci bagi ketrampilan interpersonal. Termasuk juga di dalamnya kerjasama dalam tim dan kemampuan bekerjasama, kemampuan menyatakan hormat bagi orang-orang di sekitarnya. Pengembangan ketrampilan ini memberikan kemampuan bagi anak untuk beradaptasi dalam masyarakat. Ketrampilan-ketrampilan ini memberikan hasil dalam situasi penerimaan norma-norma sosial yang menjadi dasar perilaku sosial orang dewasa.

c)       Ketrampilan penanganan (Coping) dan manajemen diri merujuk pada ketrampilan-ketrampilan yang meningkatkan kontrol dari dalam diri, sehingga orang itu yakinn bahwa ia mampu membuat perubahan dan mempengaruhi perubahan itu. Self esteem, self-awareness, dan ketrampilan self-evaluation dan kemampuan untuk menetapkan tujuan juga merupakan bagian dari kategori umum dari ketrampilan memanaje diri  (self-management skills). Anger, grief and anxiety must all be dealt with, and the individual learns to cope loss or trauma. Stress and time management are key, as are positive thinking and relaxation techniques.

LeMahieu (1999) melaporkan bahwa hasil-hasil penelitian menunjukkan beberapa manfaat dari  Life Skills-Based Education yaitu : berkurangnya perilaku kekerasan; meningkatnya perilaku pro-sosial yang positif dan yang negatif berkurang; berkurangnya perilaku merusak diri sendiri; meningkatnya kemampuan membuat perencanaan masa depan dan memilih solusi atas permasalahan yang dihadapi; meningkatnya citra diri, kesadaran diri, kemampuan penyesuaian sosial; meningkatnya perolehan pengetahuan; membaiknya perilaku di dalam kelas; kemajuan dalam hal kontrol diri dan penanganan masalah-masalah inter-personal dan coping kecemasan; meningkatnya pemecahan masalah dengan rekan sebaya. Penelitian juga telah membuktikan bahwa sex education yang didasarkan pada life skill memberikan hasil berupa perubahan yang lebih efektif dalam penggunaan kontrasespsi bagi remaja; penundaan aktivitas pengalaman seksual pertama; penundaan penggunaan alkohol dan marijuana serta pengembangan sikap dan perilaku yang diperlukan menghadapi penyebaran HIV/AIDS.

Beberapa landasan teoretik yang berkaitan dengan konsep life skill yang digunakan dalam penelitian  ini berhubungan dengan Contextual Learning.

Contextual learning atau pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang dekat dengan pengalaman aktual. Pembelajaran kontekstual adalah suatu konsepsi yang membantu guru untuk menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk menghubungkan antara pengetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan mereka baik sebagai anggota keluarga, warga negara atau pekerja serta mengaitkannya dengan kebutuhan yang diperlukan dalam belajar.(Blanchard, 1991).

Menurut Simpson, (1992) dalam teori pembelajaran kontekstual, pembelajaran terjadi hanya apabila siswa (pembelajar) memproses informasi baru atau pengetahuan dengan suatu cara yang masuk akal menurut kerangka pikirnya sendiri (keadaan dalam dunianya sendiri, pengalaman atau tanggapan). Pendekatan pembelajaran kontekstual  terhadap belajar dan mengajar  menganggap bahwa pada dasarnya pikiran mencari suatu makna dalam suatu konteks—yaitu, dalam hubungannya dengan lingkungan sekarang darinya.—dan ini terjadi seperti itu dengan mencari hubungan-hubungan yang dapat diterima (masuk akal) dan kemudian dipahami bahwa ternyata hal itu berguna.

Beberapa hal yang menjadi karakter pembelajaran kontekstual menurutnya yaitu  yaitu :

a)      Menitikberatkan pada pemacahan masalah

b)      Diorganisasikan dengan keadaan dunia sekeliling

c)      Memungkinkan berbagai variasi sumber belajar

d)     Lebih mendorong terlaksananya pembelajaran di luar kelas

e)      Menghargai pengalaman belajar siswa dalam proses pembelajaran

f)       Mendorong adanya pembelajaran kolaboratif

Sedangkan model yang dijadikan dalam penyusunan model, yang juga menjadi salah satu acuan dalam meneliti kebutuhan anak jalan terhadap life skill  tertentu adalah model TLS atau Targeting Life Skill yang dikembangkan oleh Hendricks dan tim Iowa State University Extention.

Menurut Hendricks (1996) dalam Sims (1998), perkembangan pemuda adalah suatu proses mental, fisik dan pertumbuhan sosial selama suatu masa dimana para pemuda dipersiapkan untuk hidup secara produktif dan memuaskan dalam kebiasaan dan peraturan masyarakat.

Hendricks mendefinisikan life skill sebagai skill yang membantu seorang individu agar sukses dalam hidup yang produktif dan memberikan kepuasan. Hendricks mengembangkan Targeting Life Skills (TLS) model pada gambar di bawah.

Gambar 1. Model Targeting Life Skills (TLS).

Dalam model TLS ini, kategori life skill dibagi berdasarkan model 4H: yaitu Head (kepala, terdiri dari managing dan  thinking), Heart (hati, terdiri dari relating  dan caring), Hands (tangan, terdiri dari giving dan  working), dan Health (kesehatan, terdiri dari living  dan  being).

Dengan model TLS, perencana program dapat membantu pemuda untuk mencapai potensinya melalui pendekatan positif terhadap pengembangan life skill, penyampaian informasi dan latihan skill yang sesuai tingkat perkembangan, menuliskannya dengan spesifik, tujuan penghembangan life skill yang terukur, melengkapi rencana instruksional yang memberikan pengalaman berdasarkan teori belajar berpengalamanuntuk mencapai life skill dan mengidentifikasi indikator perubahan yang terukur juga untuk mengevaluasi pengaruh progam.

Resume Tugas Karya Tulis a.n. Mos F. Dari berbagai sumber.

Situs-situs Pelayanan Sekolah Minggu

Berikut ini sejumlah situs khusus pelayanan anak-anak Kristen dan sekolah minggu yang baik dan bermanfaat  untuk dikunjungi para orang tua, guru-guru maupun semua yang berkepentingan atau  berminat membantu pelayanan bagi anak-anak. Silakan klik link pada judul, maka Anda memasuki wadah maya yang penuh berkat tak terduga.

1. http://sekolahminggu.net/

Sekolahminggu.net menyediakan aneka Cerita Alkitab yang menarik dengan tampilan praktis disertai gambar-gambar menarik. Kategori artikel sangat beragam, ada pula lirik lagu-lagu sekolah minggu yang dapat Anda download.

2. http://pepak.sabda.org/

Pepak.sabda.org/ adalah situs “Sesepuh” yang juga menjadi pendorong saya kala memulai blogsite bahansekolahminggu.wordpress.com. PEPAK adalah singkatan dari Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen. Situs ini sangat lengkap. Banyak sekali materi pelayanan yang dapat diperoleh di PEPAK, baik untuk anak-anak, orang tua, guru sekolah minggu,pendeta, gembala, pastor atau siapa saja.

Pada ucapan selamat datang di situs PEPAK tertulis: Tidak hanya dari buku cetak, pada zaman teknologi saat ini, pelayan anak dapat memanfaatkan internet seluas-luasnya untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas pelayanannya. Oleh karena itu, silakan bergabung dalam situs PEPAK untuk mendapatkan ribuan bahan yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan Anda, sehingga pengajaran dan pelayanan Anda benar-benar menyentuh hati anak-anak layan yang Tuhan percayakan kepada Anda. Silakan masuk dalam kategori Guru-Pendidik. Berbagai metode dan cara mengajar pun dapat Anda temukan dalam situs PEPAK.

3. http://yesuscintaku.wordpress.com/

Pada blogsite yang diberi judul “Sekolah Minggu dan Pernak-Perniknya”  ini, dapat Anda temukan berbagai artikel menarik yang sangat berguna untuk diketahui para pelayan anak-anak dan guru sekolah minggu. Sebagian tulisan di blog ini, sebagaimana dikemukakan oleh Admin, juga ada di dalam situs PEPAK <http://pepak.sabda.org>. Bisa juga lihat di beberapa edisi e-BinaAnak.

Penulisnya menyatakan ingin menjadikan situs ini sebagai penguat komitmennya dalam dunia pelayanan anak dan ingin, berbagi beban seputar pelayanan anak dengan setiap pelayan anak Indonesia. Amen.

4. http://jeniuscaraalkitab.com/

Situs http://jeniuscaraalkitab.com/ berisi aneka materi kreatif yang mampu memperkaya para pelayan anak dengan cara unik. Layanan http://jeniuscaraalkitab.com/ juga bisa ditemukan di situs Youtube, sehingga memudahkan mempelajarinya. Untuk melihat video-videonya, silakan klik di sini http://www.youtube.com/user/SusanGraceWidiono/videos?view=0.

5. http://anakbersinar.com

Anak Bersinar Bangsa Gemilang, demikian kata yang saya kutip dari situs ini. Selanjutnya dikatakan, adalah seruan bersama untuk mengarahkan fokus, menyatukan hati dan memadukan langkah bersama untuk membangun generasi anak kita demi masa depan bangsa. Bukan hanya anak-anak di rumah kita atau di Gereja kita saja yang perlu kita perhatikan, tetapi anak-anak secara umum dimasyarakat.

Dalam situs ini bisa ditemukan berbagai materi pengaya yang sangat bermanfaat, antara lain berupa rtikel, video animasi, dan berbagai info kegiatan.

Demikian untuk sementara, info tentang lima situs pelayanan anak yang baik untuk kita kunjungi. Selamat memberkati.

MEMAHAMI CARA ANAK BERPIKIR

Rekan-rekan Guru Sekolah Minggu dan para Orang Tua terkasih, bekal utama pengajaran anak adalah pengenalan akan Kristus. Bekal lain yang perlu kita dapatkan adalah pemahaman akan apa yang kita kerjakan. Khusus untuk rekan-rekan Guru Sekolah Minggu dan para Orang Tua, berikut ini ditampilkan beberapa artikel hasil resume dan kompilasi dari berbagai bahan mengenai pengajaran sekolah minggu.

Saya hanya mengedit, sortir, klasifikasikan dan menyajikan ulang. Bahan tulisan ini dikutip dari berbagai majalah, buku-buku, ebook dan terutama dari e-BinaAnak (PEPAK), http://pepak.sabda.org/

Selamat belajar & melayani! Tuhan Yesus memberkati.

 

MEMAHAMI CARA ANAK BERPIKIR

 

1. Anak-anak berpikir harafiah dan konkret

Ide-ide abstrak dan simbolis akan ditangkap menurut pengertian harafiah mereka. Misalnya saja, Monika, gadis kecil yang baru berusia lima tahun, ia berhenti mengucapkan doa malamnya pada minggu di mana ia dan keluarganya pindah ke rumah baru mereka. Ibu Monika menyangka keengganan putrinya untuk mengucapkan doa malam ini disebabkan karena kekecewaan Monika karena pindah dari rumah mereka yang lama. Namun demikian, Monika tampak benar-benar bahagia dengan rumah barunya dan lingkungan di sekitarnya. Akhirnya, setelah beberapa minggu berlalu, orangtua Monika baru mengerti alasan yang sebenarnya Monika enggan berdoa malam. Di rumah mereka yang lama, Monika dengan mudah memvisualisasikan bahwa doanya didengar Tuhan karena di dekat rumah mereka yang lama tersebut ada sebuah gereja. Tuhan, menurut pemikirannya yang lugu, tinggal di “rumah-Nya” yaitu di gereja. Dengan demikian ketika mereka harus pindah ke luar kota, pikiran dan keyakinannya tidak terentang cukup jauh untuk membayangkan bahwa Tuhan masih dapat mendengar doanya walaupun rumah mereka yang baru jauh dari gereja. Pemikirannya yang lugu membuatnya menciptakan gambaran bahwa Tuhan tinggal di dalam gereja, oleh karena itu di rumah lama doanya masih dapat didengar Tuhan karena dekat gereja.

 

2. Pemikiran anak berkembang dari pengalaman pribadinya

Anak-anak tahu apa yang ia lihat dan ia kerjakan. Kata-kata tidak cukup untuk menyampaikan informasi yang ingin ia ucapkan. Anak- anak membutuhkan bingkai referensi sehingga penjelasan verbal yang ingin ia sampaikan mempunyai makna yang jelas. Kebutuhan anak akan pengalaman seringkali diikuti dengan masalah keterbatasan anak dalam berpikir, yaitu masalah kosa kata.

 

3. Pemikiran anak dibatasi oleh perbendaharaan kosa kata yang dimilikinya

Anak usia tiga tahun mampu memahami 85-89% percakapan normal yang dilakukan oleh orang dewasa. Namun, 10-15% kata-kata asing yang ditangkapnya seringkali menimbulkan masalah. Anak usia di bawah empat tahun jarang sekali ada yang meminta penjelasan untuk kata- kata asing yang didengarnya. Mereka terlalu sibuk belajar tentang segala hal sehingga tidak sempat bertanya definisi kata-kata yang didengarnya tersebut. Sebaliknya, anak-anak akan mengembangkan suatu pola mencocokkan kata-kata asing tersebut dengan kata-kata yang telah mereka ketahui maknanya.

Pada suatu Minggu Paskah, dalam perjalanan kami pulang dari menghadiri misa Paskah di gereja, saya menanyai Andrew di mobil tentang kisah Alkitab yang baru saja ia dengarkan. Tampaknya tidak ada salahnya kami bertanya hal-hal seputar Paskah pada Andrew, tetapi jawaban Andrew sungguh mengejutkan, “Cerita tadi tentang Yesus di penjara (prison)!”

Saya tahu isi Alkitab dan saya tentu saja tahu kisah Paulus dalam penjara atau Yusuf dalam penjara, tetapi tak pernah sekalipun saya mendengar tentang Yesus dalam penjara. Setelah beberapa pertanyaan, akhirnya jelas sudah apa yang sebenarnya didengar Andrew. Pada masa pra-paskah, guru-guru di sekolah Andrew selalu memperbincangkan bahwa “Allah telah bangkit!”, “God is risen!”. Mereka juga menyanyikan lagu tentang hal itu dan mengatakan agar anak-anak bahagia karena “Allah telah bangkit (risen)”. Tetapi tak satupun dari guru-guru tersebut yang menjelaskan apa arti “risen” sebenarnya. Karena belum pernah mendengarkan kata tersebut sebelumnya, Andrew melakukan apa yang biasanya dilakukan anak-anak jika mereka mendengarkan kata-kata asing. Ia menggunakan kata tersebut untuk menggantikan kata yang mirip bunyinya (kata “risen” dan “prison”) dengan kata yang pernah ia dengarkan dan sepanjang hari ia merasa heran mengapa semua orang harus berbahagia jika Yesus dipenjarakan.

Bahkan jika anak-anak menggunakan kata-kata dengan benar, belum tentu mereka memahami kata-kata tersebut. Anak-anak sangat lihai dalam menirukan, mereka ikut bernyanyi, mengutip sajak-sajak, menggunakan ungkapan atau kiasan tanpa memahami apa yang baru saja mereka nyanyikan atau katakan. Kenyataan bahwa mereka tidak memahami arti kata-kata yang mereka ucapkan juga tidak mengganggu mereka sedikitpun. Mereka itu seperti politikus yang puas mendengar apapun yang mereka ucapkan walaupun sebenarnya kata-kata tersebut tidak mempunyai arti sama sekali.

 

4. Pemikiran anak-anak dibentuk oleh sudut pandang yang terbatas

Jika orang-orang dewasa seringkali kesulitan dalam menerima sudut pandang orang lain, anak-anak seringkali mengalami kesulitan karena mereka tidak menyadari bahwa orang lain dapat mempunyai sudut pandang yang berbeda dari sudut pandang yang dimilikinya. Anak-anak dengan gembiranya menganggap orang lain mempunyai pikiran dan perasaan yang sama tentang segala hal.

Dengan demikian, jika seorang anak kecil mempunyai suatu ide yang mantap, adalah hal yang sulit untuk dapat mengubah cara berpikirnya. Jika ada cara lain untuk melihat sesuatu, cara anak-anaklah yang benar.

Sudut pandang anak akan menghasilkan kesimpulan yang menarik karena ia seringkali akan memfokuskan perhatian mereka terhadap suatu masalah kecil atau tidak ada hubungannya sama sekali dan kehilangan komponen yang utama. Contohnya, seorang anak dalam menceritakan orang Samaria yang baik hati akan lebih memfokuskan cerita pada keledai-keledai, tutup kepala, atau para perampok dari pada tentang kebaikan yang harus diberikan kepada siapapun yang membutuhkannya. Jika dalam cerita, anak-anak tertarik kepada keledainya, maka cerita tersebut adalah tentang keledai menurut sudut pandang si anak.

 

Bahan diterjemahkan dari sumber:

Judul Buku: Everything You Want to Know About Teaching Young Children: Birth – 6 years

Penulis   : Wesley Haystead

Penerbit  : Gospel Light Publication, 1989

Halaman   : 13 – 15

 

 

PERKEMBANGAN ALAM PIKIR ANAK

 

ANAK BATITA (Di bawah 3 Tahun)

 

1. Daya konsentrasi terbatas

Anak Batita belum sanggup untuk berkosentrasi dalam jangka waktu lama. Perhatian cepat dialihkan kepada kegiatan lain. Tetapi ia dapat mendengarkan sebuah cerita dengan penuh perhatian, asal ceritanya pendek, tidak melebihi lima menit. Anak batita senang bila cerita itu diceritakan ulang berkali-kali dengan kata-kata yang sama.

 

2. Arti kata-kata belum pasti dimengerti

Pada waktu seorang anak berumur tiga tahun ia mengenal k.l. 900 kata dan akan bertambah menjadi k.l. 1500 kata menjelang 4 tahun. Kebanyakan kata yang dipakai adalah kata benda; bentuk kalimatnya sederhana, terdiri dari dua, tiga kata saja. Tetapi mereka dapat menyebut hal-hal yang dilihat. Karena kata perbendaharaan katanya terbatas, ia belum pasti mengerti arti kata yang didengar dan dipakai atau dihafal. Karena itu perlu sekali dipakai kata-kata yang sederhana kalau membawa cerita Alkitab. Kata-kata ayat hafalan juga perlu dijelaskan.

 

3. Belajar melalui panca indera

Panca indera merupakan gerbang dari otak anak. Melalui melihat, mendengar, mencium, merasa, dan meraba, anak dapat mengenal dunia di sekelilingnya. Ia belajar melalui pengalaman langsung.

 

4. Rasa ingin tahu

Anak batita terus bertanya karena didorong rasa ingin tahu. Pertanyaan pertama merupakan: “Apa ini?” “Apa itu?”. Melalui bertanya seorang anak menambah kemampuan pikiran dan pengetahuannya. Karena itu pertanyaan-pertanyaan harus dijawab dengan sabar, meskipun sewaktu-waktu membosankan.

 

5. Mulai mengerti mengenai waktu

Anak batita mengembangkan pengertian mengenai jarak waktu dan mulai mengerti istilah “kemarin”, “hari ini”, dan “hari esok”. Mereka juga dapat mengingat kejadian-kejadian yang tidak terlalu lama dan berbicara mengenainya.

 

6. Kesanggupan menghitung dan mengerti angka

Secara rutin anak batita dapat berhitung sampai sepuluh, tetapi ia hanya dapat menguasai dua atau tiga benda pada permulaan. Kwantitas itu bertambah dengan bertambahnya umur.

 

ANAK KECIL (4-5 Tahun)

 

1. Kuat dalam menghayal

Mereka kaya dalam hal berkhayal. Lewat kesanggupan mengkhyalnya ia mengisi kekurangan dalam pengertian. Ia sulit membedakan di antara yang benar dan yang dikhayalkan.

 

2. Suka meniru

Mereka suka meniru. Melalui meniru ia mencari pengalaman untuk memahami dan memasuki dunia orang dewasa yang makin lama makin menarik. Melalui meniru pula mereka mendidik dirinya sendiri. Sebab itu perlu sekali mereka melihat teladan yang baik. Karena mereka akan meniru segala sesuatu yang menarik perhatiannya, baik atau buruk.

 

3. Mengembangkan pengertian akan jangka waktu

Anak berumur 4 dan 5 tahun mulai mengerti mengenai minggu, bulan, dan juga mulai mengerti musim-musim. Tapi mereka tidak mempunyai pegertian luas akan masa lampau atau masa depan yang luas. Kalau bercerita kepada mereka cukup menyebut “dulu” tanpa menyebut abad dan tahunnya.

 

4. Menghitung dan pengertian akan angka

Seorang anak kecil sekarang sudah dapat menghitung sampai angka 30. Kemudian mereka dapat mencocokkan angka dengan benda yang sesuai. Mereka senang mempelajari nyanyian yang menyebutkan angka dan permainan jari yang memakai jari-jari dalam hal menghitung. Mereka mulai menulis angka.

 

5. Menambah perbendaharaan kata

Anak kecil yang banyak bergaul dengan kakak dan orang dewasa sangat beruntung dalam hal menambah kata-kata dan menjadi lancar dalam memakai bahasa. Anak berumur 4 tahun k.l. mengenal dan memakai 1550 kata, anak berumur 5 tahun 2200 kata. Mereka senang berbicara dan senang mendengar cerita.

 

ANAK TENGAH (6-8 Tahun)

 

1. Hal menulis dan membaca

Mengikuti kelas satu sampai kelas tiga SD mendorong anak mulai belajar mnulis dan membaca. Mereka bangga jika dapat membaca kalimat-kalimat pada surat kabar dan majalah. Membaca buku cerita anak juga menjadi kesukaan mereka, meski dengan perlahan-lahan.

 

2. Haus akan cerita

Meskipun senang membaca, anak tengah belum bisa membaca dengan cepat. Sehingga mendengar cerita merupakan hal yang sangat menyenangkan. Mereka mulai membedakan antara cerita dongeng dan cerita nyata. Bila pada kelompok ini ditanamkan keyakinan bahwa Tuhan berbicara kepada kita melalui firman-Nya dan bahwa peristiwa yang diceritakan dalam Alkitab sungguh terjadi, mereka akan bersemangat dalam mendengarnya dan akan memegangnya sebagai keyakinan.

 

3. Konsentrasi lebih lama

Anak tengah dapat bertahan lebih lama. Hal ini dikarenakan daya konsentrasi mereka yang lebih lama. Mereka tahan mengikuti kebaktian anak yang berlangsung dalam satu jam. Mereka juga dapat mengerti dan mengikuti instruksi guru.

 

4. Belum mengerti hal yang abstrak

Anak tengah belum dapat mengerti hal yang abstrak, yaitu sesuatu yang tidak dapat dilihat dan dipegang. Karena itu bila dalam pelajaran yang disampaikan ada kata-kata yang abstrak, guru perlu menjelaskannya, seperti kata iman dan pengampunan. Istilah-istilah semacam itu hendaknya dijelaskan melalui peristiwa dalam cerita. Mereka hanya mengerti kata-kata dalam arti yang sebenarnya.

 

5. Cara berpikir “hitam putih”

Pengertian anak tengah masih sederhana dan polos. Cara berpikir mereka adalah “hitam putih”. Yang baik sungguh baik dan yang jelek sungguh jelek. Mereka belum mengerti besarnya komplikasi kepribadian seseorang. Bahwa seseorang pada satu saat bisa melakukan hal yang baik dan kemudian hari melakukan hal yang tidak perlu dicontohi, masih terlalu sulit untuk pengertian mereka.

 

6. Belum mempunyai pendapat sendiri

Pola pemikiran anak berumur 6-8 tahun masih tergantung pada orangtua atau guru mereka. Itu berarti, pola penilaian positif yang ditanamkan oleh orangtua atau guru mempunyai pengaruh besar dalam hidup mereka. Dalam rangka membangun kepribadian anak, sebaiknya mereka diberi kesempatan untuk belajar mengambil keputusan atas hal-hal yang sederhana, juga diijinkan bertanya atau memberikan pendapat secara spontan.

 

7. Hidup dari hari ke hari

Keterbatasan tetapi juga keindahan dari cara hidup anak tengah adalah hidup dari hari ke hari. Mereka tidak terlalu melihat ke belakang dan tidak menguatirkan hari esok. Itu sebabnya mereka belum tertarik pada sejarah, baik sejarah umum maupun sejarah Alkitab.

 

ANAK BESAR (9-11 Tahun)

 

1. Daya konsentrasi baik

Anak besar telah mempunyai daya konsentrasi yang baik. Mereka sanggup duduk untuk mendengar cerita selama 20 – 25 menit. Kesukaan mereka mempelajari sejarah dapat diisi dengan cerita dalam urutan sejarah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Juga dapat diajarkan mengenai peta Alkitab yang berhubungan dengan cerita yang disampaikan. Daya konsentrasi yang baik ini juga memungkinkan anak besar mempelajari ayat hafalan yang lebih panjang kalimatnya.

 

2. Mempunyai banyak minat

Pengalaman dan kesanggupan baru menimbulkan banyak cita-cita pada anak besar. Mereka senang berolahraga, mengumpulkan perangko atau gambar pahlawan/tokoh, juga benda-benda dari alam semesta.

Banyak hal yang menarik minat anak besar. Melalui ketertarikan ini mereka menyiapkan diri untuk memilih cita-cita yang akan dikembangkan. Bila pengembangan cita-cita dibangun bersama dengan pengenalan akan Allah, masa depan akan sampai dalam takut akan Tuhan.

 

3. Suka membaca

Keinginan untuk menemukan banyak hal yang baru mendorong anak besar untuk membaca. Mereka tidak lagi tertarik pada cerita khayal, tetapi kepada hal yang sungguh-sungguh terjadi. Alangkah baiknya jika Sekolah Minggu membuka perpustakaan dan menyediakan buku-buku yang mengisi kebutuhan anak besar itu.

 

4. Mulai berpikir logis

Sejalan dengan kemajuan dalam ilmu pengetahuan yang diperoleh di Sekolah Dasar, anak besar semakin terlatih dalam hal berpikir. Memahami hal ini, dalam interaksi kelas sebaiknya guru menciptakan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pikiran anak.

Searah dengan perkembangan logika mereka, anak besar memperhatikan apakah hidup seseorang sesuai dengan perkataannya atau tidak. Mereka sendiri ingin berbuat hal yang benar dan menuntut orang dewasa melakukan apa yang mereka katakan.

 

Bahan diringkas dari sumber:

Judul Buku: Pedoman Pelayanan Anak

Pengarang : Ruth Laufer

Penerbit  : Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, Departemen Pembinaan Anak dan Pemuda, Malang, 1993

Halaman   : 43-44, 51-53, 61-63, dan 71-72

 

 

MEMAHAMI KEBUTUHAN ANAK

Rekan-rekan Guru Sekolah Minggu dan para Orang Tua terkasih, bekal utama pengajaran anak adalah pengenalan akan Kristus. Bekal lain yang perlu kita dapatkan adalah pemahaman akan apa yang kita kerjakan. Khusus untuk rekan-rekan Guru Sekolah Minggu dan para Orang Tua, berikut ini ditampilkan beberapa artikel hasil resume dan kompilasi dari berbagai bahan mengenai pengajaran sekolah minggu.

Saya hanya mengedit, sortir, klasifikasikan dan menyajikan ulang. Bahan lengkap tulisan ini dikutip dari berbagai majalah, buku-buku, ebook dan terutama dari e-BinaAnak (PEPAK), http://pepak.sabda.org/

Selamat belajar & melayani! Tuhan Yesus memberkati.

MEMAHAMI KEBUTUHAN ANAK

1. Kebutuhan untuk dipelihara dan dirawat

Bila anak-anak merasa bahwa ia bukanlah yang penting dalam keluarganya, dan orangtuanya lebih mengarahkan perhatian kepada pekerjaan mereka semata-mata, maka ia merasa kehadirannya tidak diharapkan. Seringkali kita jumpai orangtua hanya mementingkan diri sendiri, tidak memperhatikan kewajibannya sebagai ayah dan ibu. Dengan hati pedih, terpaksa harus diakui bahwa di sekitar kita masih ada ayah yang lebih mementingkan kesenangan pribadi, daripada memelihara anak-anaknya, lebih suka membawa uangnya ke meja judi daripada membeli beras untuk memelihara isteri dan anaknya. Lebih suka membeli satu pak rokok, daripada memberi sarapan bagi anaknya, dan membiarkan anak itu berjalan ke sekolah dengan perut kosong.

Menurut peribahasa “kasih ibu adalah kasih sepanjang jalan”, tetapi dengan pedih hati kita masih juga mendengar dan membaca berita bahwa ada juga ibu-ibu yang menyerahkan anak gadisnya ke lokalisasi demi mendapat sejumlah uang, atau menjual gadisnya dengan harga yang mahal kepada laki-laki hidung belang. Bila Allah memberi kepada kita kepercayaan untuk mengasuh anak kita, ingatlah bahwa itu adalah suatu anugerah yang besar karena kejadian anak itu dahsyat dan ajaib.

2. Kebutuhan untuk diterima dan dicintai

Setiap anak membutuhkan suatu keyakinan bahwa ia diterima dan dicintai, sehingga ia mampu mempercayai orang-orang di sekitarnya dan juga dirinya sendiri. Anak-anak yang diasuh tanpa orangtua mereka, apalagi bila lingkungan tempat ia tinggal tidak memperhatikan dia dengan penuh kasih, akan cenderung berkembang lebih lambat dari mereka yang tinggal bersama orangtua yang mengasihi mereka.

Peran orangtua adalah menjadikan suasana rumah menjadi cukup kondusif, dimana kasih dan disiplin serta pertumbuhan fisik, intelektual, sosial dapat berkembang secara seimbang.

3. Kebutuhan untuk pendidikan dalam keluarga

Kehidupan keluarga Kristen memang tidak diharapkan diperintah dengan cara otoriter, tetapi orangtua harus dapat memegang kendali keluarga dengan baik.

Anak-anak akan sangat menghargai bila ada rambu-rambu yang membatasi mereka. Pendidikan dalam keluarga yang konsisten akan membantu seorang anak untuk mematuhi juga aturan-aturan di luar keluarga mereka sendiri, peraturan lalu lintas, peraturan pemerintah, dll.

4. Kebutuhan teladan non verbal

Kegagalan pendidikan keluarga sering disebabkan karena orangtua tidak mampu memberikan teladan non verbal (teladan bukan dari kata-kata). Anak-anak memperhatikan hidup orangtuanya, sehingga dapat dikatakan bahwa penyebab utama dari kenakalan remaja sebenarnya adalah “kenakalan orangtua”.

Bagaimana kita dapat menyuruh mereka berdoa, ketika mereka melihat kita tidak pernah berdoa. Bagaimana mereka didorong untuk beribadah kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh, ketika mereka melihat kita sendiri hidup dalam kemunafikan.

Timotius menjadi penginjil yang setia karena pengaruh ibu dan neneknya Eunika dan Lois, yang bukan hanya membesarkan Timotius tetapi juga berhasil mewariskan iman kepadanya.

5. Kebutuhan untuk ibadah dalam keluarga

Keluarga Yusuf dan Maria pergi ke Yerusalem dari Nasaret, jarak yang cukup jauh untuk merayakan Paskah. Kerelaan untuk menempuh jarak yang cukup jauh itu mewakili keseriusan sikap mereka terhadap ibadah.

Dengan adanya kerinduan tiap anggota keluarga untuk mengalami kasih Allah, maka tiap anggota akan bertumbuh saling menguatkan. Bila Yesus adalah pusat dari keluarga, Ia akan memberi kepada kita kasih-Nya, kebijaksaan-Nya dan kuasa-Nya.

Bahan diambil dan diedit dari sumber:

Judul Buletin: Buletin Sinode GUPDI edisi III/02

Penulis      : Pdt. Debora Estefanus, S.Th.

Penerbit     : Sinode GUPDI, Surakarta, 2002

Halaman      : 34 – 35

Horace Mann : “As an apple is not in any proper sense an apple until it is ripe, so a human being is not any proper sense a human being until he is educated.”

MENGENAL ANAK DAN KEBUTUHANNYA

Mengajar anak di Sekolah Minggu memang merupakan suatu tugas dan tanggung jawab yang besar, khususnya bagi guru Sekolah Minggu. Tidak cukup guru memiliki pengetahuan yang baik tentang Firman Tuhan, guru juga harus “mengenal” keadaan dan kebutuhan murid- muridnya. Pelajaran yang disampaikan setiap minggu pada anak-anak tidak akan banyak gunanya bila kita sebagai guru tidak mampu mengkaitkan/ menghubungkan Firman Tuhan dengan kehidupan dan pergumulan hidup anak-anak.

Sebagai contoh, Tulus (nama anak) sudah mengalami lahir baru, namun dia belum dapat menghilangkan kebiasaan berkelahinya. Apabila kita hanya mengajar mengenai lahir baru saja tanpa mengajarkan bagaimana melepaskan diri dari kebiasaan buruk si anak, yaitu berkelahi, maka hal ini berarti pengajaran kita kurang sesuai dengan pergumulan/ kebutuhan hidupnya.

Sasaran/tujuan dalam mengajar Sekolah Minggu adalah membawa murid-murid yang masih muda ini kepada Tuhan agar mereka menemukan hidup baru di dalam Yesus serta dapat bertumbuh secara rohani sesuai dengan kebenaran Alkitab. Untuk itu, selain pengetahuan tentang Firman Tuhan, sebagai guru Sekolah Minggu kita juga harus benar-benar mengenal murid-murid kita dan mengerti akan pergumulan/kebutuhan hidupnya agar pengajaran yang kita berikan dapat menjawab kebutuhan mereka masing-masing.

A. SIAPAKAH MURID-MURID ANDA?

Yang menjadi murid-murid di Sekolah Minggu adalah anak-anak yang masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan, yang (biasanya) kita bagi dalam kelompok umur seperti berikut ini:

1. Anak Asuhan/Batita   :  2 –  3 tahun

2. Anak Balita/Indria   :  4 –  5 tahun

3. Anak Pratama/Kecil   :  6 –  8 tahun

4. Anak Madya/Tengah    :  9 – 11 tahun

5. Anak Pra-remaja/Besar: 12 – 14 tahun

Selain memiliki karakter umum sesuai dengan kelompok umur masing-masing, murid-murid anda juga merupakan pribadi-pribadi yang unik, yang berbeda antar anak yang satu dengan anak yang lainnya. Keunikan setiap pribadi ini dipengaruhi oleh seluruh aspek kehidupan anak yang meliputi aspek fisik, mental, sosial, dan rohani, serta dipengaruhi oleh lingkungan yang membentuk mereka, baik lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Keunikan tiap murid ini menimbulkan adanya perbedaan kebutuhan bagi masing-masing mereka, dimana setiap anak memerlukan pemenuhan terhadap kebutuhan-kebutuhannya itu.

Misalnya, anda mengajar di sebuah kelas pratama (6-8 tahun). Dapatkah anda bayangkan, bahwa mungkin anda akan mendapati seorang anak yang suka berkelahi, sementara itu ada anak yang suka bersungut-sungut, ada yang malas menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya, atau bahkan ada anak yang memiliki ketakutan jika ditinggalkan orang tuanya. Jadi, walau mereka berada dalam kelompok umur yang sama, namun setiap anak bisa saja memiliki sifat dan latar belakang yang berbeda, yang menjadi penyebab timbulnya perbedaan pula dalam kebutuhan dan pergumulan hidup mereka.

Supaya dapat lebih memahami kebutuhan dan keperluan murid-murid, ada baiknya seorang guru Sekolah Minggu memperlengkapi diri dengan membuat catatan khusus mengenai kondisi dan kebutuhan murid-muridnya.

Di bawah ini ada beberapa langkah sederhana yang dapat anda lakukan untuk dapat semakin “mengenal” murid-murid anda:

1. Mengadakan kunjungan ke rumah murid

2. Bercakap-cakap secara pribadi sebelum atau sesudah pelajaran selesai.

3. Memperhatikan murid ketika dia sedang mengadakan kegiatan bersama murid lain, misalnya amatilah bagaimana ia berinteraksi, bagaimana ia bersikap, bagaimana ia berbicara, dll.

4. Meminta setiap murid untuk bercerita mengenai keluarganya, hobinya dan kegiatan-kegiatan yang disukainya.

5. Membuat buku catatan data anak (alamat dan tgl. ulang tahun) dan juga hasil pengamatan kita terhadap anak tsb.

6. Mencatat kehadiran anak setiap minggu, mengunjungi anak-anak yang sering absen atau sakit, serta mendoakan mereka yang berhalangan hadir.

B. TELADAN TUHAN YESUS

Tuhan Yesus semasa hidup-Nya telah memberikan teladan bagi kita tentang bagaimana mengajar sesuai dengan kondisi dan pergumulan hidup masing-masing orang yang diajar-Nya. Mis., dengan Nikodemus (seorang Farisi), maka Tuhan Yesus memberi contoh dari Perjanjian Lama (karena Perjanjian Lama inilah yang dipelajari oleh Nikodemus siang dan malam). Namun dengan perempuan Samaria, yang sederhana, Tuhan Yesus memberi contoh tentang air minum dan air hidup (contoh sederhana yang berkaitan dengan pengalaman hidupnya sehari-hari), supaya perempuan Samaria itu bisa mengerti ajaran-Nya.

Sebagai guru Sekolah Minggu, kita sebaiknya juga mengajar seperti Tuhan Yesus, yaitu merancang sedemikian rupa sehingga pengajaran yang kita sampaikan adalah sesuai dengan keadaan/kondisi murid serta mampu menjawab kebutuhan hidupnya.

C. KEBUTUHAN MURID-MURID ANDA

Anak-anak boleh berbeda dalam umur, dalam kedudukan sosial, dalam daya pikir maupun dalam cara mengemukakan pikirannya. Tetapi, status rohani anak manapun adalah sama, yaitu orang berdosa yang membutuhkan Juruselamat. Hal ini akan lebih jelas apabila kita menelaah Roma 5 dan Efesus 2.

Dalam Matius 18 juga dijelaskan keadaan dan akibat dosa, hal ini berlaku tidak hanya bagi orang dewasa, anak-anak pun juga termasuk di dalamnya. Dosa anak tidak boleh dianggap sebagai kenakalan biasa, yang tidak perlu disesalkan, sehingga akhirnya kita sebagai orang dewasa cenderung menganggapnya sebagai suatu hal yang “wajar”.

Di dalam Alkitab, kita dapat melihat bahwa Tuhan Yesus mengajarkan banyak hal mengenai anak-anak dan berbagai potensi yang dapat berkembang dalam diri anak. Hal ini dapat kita lihat dalam:

1. Matius 18:10 – mereka berharga (tinggi nilainya)

2. Matius 18:11 – mereka hilang

3. Matius 18:12 – mereka sesat

4. Matius 18:14 – mereka dapat hilang

5. Matius 18:6  – mereka dapat disesatkan

6. Matius 18:6  – mereka dapat percaya kepada Yesus

Di dalam sebuah kelas Sekolah Minggu, memang ada 2 kemungkinan mengenai kondisi rohani anak, yaitu:

1. Ia telah dilahirkan kembali/telah menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya secara pribadi.

2. Ia belum dilahirkan kembali, dan ini berarti anak tersebut belum menjadi anak Allah.

Keadaaan di atas bisa terjadi pada anak mana pun; baik yang terdidik dengan baik atau yang kurang diperhatikan oleh orang tua; baik anak yang status sosial ekonominya yang baik maupun yang kurang baik. Keselamatan seseorang tidak bisa dinilai dari “penampakan” luar seorang anak. Seringkali, kita mencoba menilai keadaan lahiriahnya saja, sehingga kita hanya mencari tanda atau bukti luarnya saja.

Dalam diri anak kadang kita sulit menemukannya karena mereka nampaknya polos dan tidak berdosa. Tapi Tuhan melihat “sampai ke dalam hati/batin”, seperti yang dikatakannya dari Markus 7:21, ” … dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan …”. Inilah gambaran yang diberikan Tuhan mengenai hati manusia.

Yang nyata ialah, bahwa anak itu mempunyai hati yang berdosa, dan akan mengikuti jalan dosa, sampai Kasih karunia Allah bekerja dalam hatinya. Itu sebabnya semua anak memerlukan Injil anugerah (Kasih karunia) Allah. Mereka perlu diberitahukan tentang pengampunan dosa, karena Tuhan Yesus bersedia menanggung salib ganti mereka; tentang kuasa Tuhan yang dapat mengubah/memperbaharui hidup mereka; dan tentang kuasa Tuhan Yesus yang memberi kemenangan atas Iblis.

Di sisi yang lain, janganlah kita menganggap remeh keberadaan rohani seorang anak. Mereka dapat bertumbuh secara rohani! Meskipun kelihatannya mereka sangat terbatas daya tangkap dan pemahamannya mengenai Firman Tuhan, namun pengetahuan dan pengalaman anak tentang Kristus dapat bertumbuh secara luar biasa.

Alkitab mencatat tentang pertumbuhan Yesus dalam Lukas 2:40, 52 “Yesus bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padaNya.” Dan tentang Yohanes pembabtis Alkitab menulis, “Anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya” (Lukas 1:80).

Perkembangan rohani dalam kasih karunia Allah adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap anak yang kita bimbing kepada Tuhan Yesus. Dan inilah yang menjadi tugas utama kita sebagai guru Sekolah Minggu.

Selamat melayani!

Bahan ini dirangkum dari:

1. Judul buku : Mengajar untuk mengubah kehidupan

Penulis    : Lelia Lewis

Penerbit   : Yayasan Kalam Hidup

Halaman    : 14-17

2. Judul buku : Penuntun Sekolah Minggu (Sunday School Teaching)

Penulis    : J. Reginald Hill

Penerbit   : Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF

Halaman    : 18-22

KESAKSIAN & PENGAKUAN

DOA SYUKUR

Terimakasih Tuhan Yesus karena Kau memberikanku kesempatan merasakan kekurangan, sebab itulah aku mengerti makna bersyukur dalam kecukupan

Terimakasih Tuhan Yesus karena Kau memberikanku kesempatan berkelebihan, sebab itulah aku mengerti bahwa tak berbagi dalam kelebihan adalah kesalahan

Ampuni aku Tuhan karena menjauh dari Engkau dan terimakasih karena cobaan yang Kau ijinkan kuterima menyadarkanku…

Kini kumengerti betapa berharganya penyadaran dan betapa tak ternilainya sebuah kesadaran akan ketuhananMU!

Meski penyadaran itu berawal pahit dan kesesatan itu berawal manis, dengan kesadaran; pahit atau manis seharusnya senantiasa membuatku sadar, dan sadar membuatku senantiasa bersyukur.

"Muda menutup mata, tua merana", Karya: Moses Foresto, 2010, Oil on Canvas, 110cmX140cm.
"Muda menutup mata, tua merana", Karya: Moses Foresto, 2010, Oil on Canvas, 110cmX140cm.

Teringat akan puisi tahun 2008, dalam bebal tak berbatas, kemunafikan merajalela… sang pendusta kembali terhilang…

DOA ANAK HILANG

Dengan cara yang lembut dan tepat, Tuhan bertindak keras kepadaku.

Ia tahu persis apa yang kuperlukan.

Seperti dinding yang kokoh pagarnya tegas pada saat aku lemah dan lelah, bukan untuk menghimpit namun menjadi penopang yang mengendalikan jalan hidupku agar tak roboh dan tersesat.

Tersesatlah aku karena tidak menghasilkan buah-buah Roh melainkan buah-buah kedagingan yang menjerat leher dan menyesatkan.

Telah kupilih sendiri,  hasilkan buah-buah dalam Roh dan kebenaran bukannya hasilkan buah-buah dosa namun tidakanku berlawanan dengan pilihanku, sebab aku lemah dan bodoh

Saat ini buah-buah dosa menjadi bebanku. Buah-buah itu mengejar dan tak rela melepaskanku.

Tamengku, Perisai yang baik telah kuretakkan dengan dosa-dosa tak terhingga, bahkan kubuang dan kutinggalkan

Sekarang saatnya aku menentukan tindakan

Menjadi seperti Kain yang mengobarkan amarah pada Tuhan dengan menyalahkan Habil serta orang benar lainnya

Menjadi seperti Saul yang mengandalkan kekuatan sendiri, mencari Tuhan dengan tidak layak dan tak berkenan

Menjadi seperti Simson yang menjadi tak taat setelah menerima berkat dan bertindak tanpa hikmat

Tidak Tuhan, jauhkan aku dari pilihan-pilihan itu, aku mau seperti Daniel yang menguduskan diri demi Allah yang hidup

Aku mau seperti Daud yang dengan hikmat menyesali perbuatannya, hidup benar, layak dan berkenan di hadapan Engkau Tuhan

Jika terlalu jauh dan berat untuk menjadi seperti Paulus, aku mau seperti Stefanus yang hidup dan mati dalam kebenaran

Tuhan, setiap kali berbuat dosa aku membukakan celah bisa dan racun mencelakakan jiwaku..

Tak terhitung kini dosa-dosaku

Tak terhitung pula racun di dalam jiwaku

Kini ya Bapaku, kuduskanlah kiranya aku dari segala macam racun itu

Dengan berperisaikan Engkau, hindarkanlah aku dari serangan Iblis.

Aku milikMu ya Tuhan

Engkau yang telah menebusku dari kesia-siaan dan membawaku kepada kemuliaan anak Raja, namun semua pernah kutinggalkan untuk hidup dalam penyiksaan dan mengarahkan hidupku pada api neraka dalam kekekalan

Ampuni aku… maafkan aku, Tuhan Yesus

Terimalah aku kembali, anak hilang yang tak tahu diri

Kini aku sadar dan mencari Engkau, ijinkan lagi aku menemukan Enkau dan menautkan diriku denganMu ya Allah.

Terimakasih Tuhan Yesus Kristus, Amin.

Ungaran, 7 Oktober 2008

IJINKAN AKU KEMBALI, BAPA…

BERI HAMBA KEKUATAN…

MESKI BERKALI-KALI TERHILANG,

TERIMALAH HAMBA KEMBALI…

Ungaran, 24 Januari 2011

BAHASA ISYARAT BAGIAN 3 (FOTO PERAGA ASL)

Mohon maaf karena penyajian tulisan tentang Bahasa Isyarat bagian 3 ini terlambat hingga 3 bulan! Saya harus mengedit sekitar 440 foto agar tersaji lebih mudah dan sistematis.

Berikut ini diperlihatkan rangkaian foto-foto yang memperagakan urutan dan langkah-langkah bahasa isyarat ASL. Untuk satu macam isyarat mungkin terdiri dari 4 atau lebih gambar, karena tiap isyarat bukanlah seperti suatu rangkaian abjad yang membentuk kata-kata, melainkan terdiri dari suatu rangkaian gerak isyarat, lengkap dengan mimik, gerak bibir, tangan, bahu, mata dan semua bagian tubuh.

Sebagai catatan, apa yang saya tampilkan ini bukanlah bahan kosakata bahasa isyarat yang baku di Indonesia. Mohon maklum dengan keawaman saya, ini hanya sekedar pelengkap.

Bahasa isyarat ASL memang saat ini paling luas digunakan di berbagai negara, termasuk di benua Asia, Eropa, Afrika dan Amerika. Tentu saja bahasa isyarat di masing-masing negara memiliki ciri khas dan perbedaan isyarat naturalnya. Tapi paling tidak, kita mempelajari salah satu isyarat internasional yang berlaku luas. Dengan bahasa isyarat SIBI pun bahasa isyarat ASL memiliki kemiripan, karena SIBI banyak mengadopsi dari ASL. Beberapa kata memiliki kesamaan, beberapa lainnya berbeda, untuk itu saya mohon masukan dari rekan-rekan. Terutama bahan BISINDO yang sulit saya peroleh.

Urutan gambar-gambar ini jika digerakkan dengan urutan gambar dalam satu frame akan terlihat seperti gambar bergerak, sebagaimana disajikan pada slide di bawah ini. Seluruhnya terdiri dari 440 foto. Bagi rekan-rekan yang minta dikirimi rangkaian foto peraga ini, boleh menghubungi saya.

Semoga bermanfaat.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Anak dengan Autisme

Rekan-rekan Guru Sekolah Minggu terkasih, bagaimana jika ada anak asuh kita adalah anak dengan autisme? Yang jelas, jangan ditolak atau membuat situasi yang membuat anak itu merasa tertolak. Kunci terpenting sekolah minggu yang baik, seperti juga halnya orang tua yang baik adalah membuat anak-anak kita yakin bahwa mereka yakin diterima dengan kasih sayang dan sama sekali tidak ditolak.

Ada beberapa hal yang perlu kita pahami untuk mengasuh anak-anak sekolah minggu dengan autisme. saya bukan ahlinya, tapi ada artikel yang baik di http://www.autis.info, dan saya kutip agar kita sama-sama belajar mengenai autisme.

Selama beberapa minggu ke depan, posting mengenai autisme akan saya angkat berselang-seling dengan bahan sekolah minggu lainnya. Selamat melayani dengan kasih!

MITOS TENTANG AUTISME

Mitos: Semua anak dengan autisme memiliki kesulitan belajar.

Fakta: Autisme memiliki manifestasi yang berbeda pada setiap orang. Simtom gangguan ini dapat bervariasi secara signifikan dan meski beberapa anak memiliki kesulitan belajar yang berat, beberapa anak lain dapat memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi dan mampu menyelesaikan materi pembelajaran yang sulit, seperti persoalan matematika. Contohnya, anak dengan sindrom Asperger biasanya berhasil di sekolah dan dapat menjadi mandiri ketika ia dewasa.


Mitos: Anak dengan autisme tidak pernah melakukan kontak mata.

Fakta: Banyak anak dengan autisme mampu melakukan kontak mata. Kontak mata yang dilakukan mungkin lebih singkat durasinya atau berbeda dari anak normal, tetapi mereka mampu melihat orang lain, tersenyum dan mengekspresikan banyak komunikasi nonverbal lainnya.


Mitos: Anak dengan autisme sulit melakukan komunikasi secara verbal.

Fakta: Banyak anak dengan autisme mampu mengembangkan kemampuan berbahasa yang fungsional. Mereka mengembangkan beberapa keterampilan berkomunikasi, seperti dengan menggunakan bahasa isyarat, gambar, komputer, atau peralatan elektronik lainnya.


Mitos: Anak dengan autisme tidak dapat menunjukkan afeksi.

Fakta: Salah satu mitos tentang autisme yang paling menyedihkan adalah miskonsepsi bahwa anak dengan autisme tidak dapat memberi dan menerima afeksi dan kasih sayang. Stimulasi sensoris diproses secara berbeda oleh beberapa anak dengan autisme, menyebabkan mereka memiliki kesulitan dalam menunjukkan afeksi dalam cara yang konvensional. Memberi dan menerima kasih sayang dari seorang anak dengan autisme akan membutuhkan penerimaan untuk menerima dan memberi kasih sayang sesuai dengan konsep dan cara anak.

Orang tua terkadang merasa sulit untuk berkomunikasi hingga anak mau mulai membangun hubungan yang lebih dalam. Keluarga dan teman mungkin tidak memahami kecenderungan anak untuk sendiri, tetapi dapat belajar untuk menghargai dan menghormati kapasitas anak untuk menjalin hubungan dengan orang lain.


Mitos: Anak dan orang dewasa dengan autisme lebih senang sendirian dan menutup diri serta tidak peduli dengan orang lain.

Fakta: Anak dan orang dewasa dengan autisme pada dasarnya ingin berinteraksi secara sosial tetapi kurang mampu mengembangkan keterampilan interaksi sosial yang efektif. Mereka sering kali sangat peduli tetapi kurang mampu untuk menunjukkan tingkah laku sosial dan berempati secara spontan.


Mitos: Anak dan orang dewasa dengan autisme tidak dapat mempelajari keterampilan bersosialisasi.

Fakta: Anak dan orang dewasa dengan autisme dapat mempelajari keterampilan bersosialisasi jika mereka menerima pelatihan yang dikhususkan untuk mereka. Keterampilan bersosialisasi pada anak dan orang dewasa dengan autisme tidak berkembang dengan sendirinya karena pengalaman hidup sehari-hari.


Mitos: Autisme hanya sebuah fase kehidupan, anak-anak akan melaluinya.

Fakta: Anak dengan autisme tidak dapat sembuh. Meski demikian, banyak anak dengan simtom autisme yang ringan, seperti sindrom Asperger, dapat hidup mandiri dengan dukungan dan pendidikan yang tepat. Anak-anak lain dengan simtom yang lebih berat akan selalu membutuhkan bantuan dan dukungan, serta tidak dapat hidup mandiri sepenuhnya.

Hal itu menyebabkan kekhawatiran bagi sebagian orang tua, terutama ketika mereka menyadari bahwa mereka mungkin tidak dapat mendampingi anak memasuki masa dewasanya. Oleh karena itu, anak dengan autisme membutuhkan bantuan.

Untuk itu, diperlukan suatu diagnosis yang tepat dan benar untuk seorang anak dikatakan sebagai autisme. Setelah mendapatkan diagnosis yang tepat, anak tersebut dapat melakukan suatu terapi. Anak dengan autisme dapat dibantu dengan memberikan terapi yang sesuai dengan kebutuhannya. Salah satu terapi yang dapat dilakukan adalah dengan terapi okupasi. (Dedy Suhaeri/”PR”/Winny Soenaryo, M.A., O.T.R./L. Pediatric Occupational Therapist)***

Lukisan: “Tenang dalam pelukan Roh-Nya”

Rekan Guru  Sekolah Minggu, mari kita merenung dan  refreshing dikit sambil menikmati lukisan dan syair ini.

Pada lukisan di bawah ini, saya ingin menggambarkan tantangan yang semakin berat dalam pelayanan dan kehidupan anak-Nya. Mungkin ada Guru SM yang terkendala oleh pekerjaannya, tantangan dari keluarga, cemoohan,  mungkin juga konflik internal gereja, atau apapun bentuk hewan buas serta api yang menyala-nyala dan senantiasa siap menghanguskan pelayanan Anda.

Mari arahkan pandangan hanya pada Yesus dan jangan undur dari pelayanan hanya karena tantangan, sehebat apapun kesulitan yang kita hadapi. Bawa dalam doa kepada Yesus. Ia pasti menerima kita yang datang dalam Roh dan kebenaran. Dipeluk dan dipangku dengan penuh kasih sayang.

Saat itulah mujizat terjadi, segala api yang coba-coba menghanguskan kita itu akan lenyap oleh api sejuk dari Roh Suci. Mari nikmati bersama-sama.

"Tenang dalam pelukan Roh-Nya"

“Tenang dalam pelukan Roh-Nya” (Moses Foresto, 2010) Oil on Canvas, 150cm X 190cm.

Tenang dalam pelukan Roh-Nya

Bumi kian gerah, sesak oleh hawa benci dan amarah

Udara beracun, badai api nafsu menggelora

Tanah menganga membara, siap menelan mentah-mentah

Dimana lagi kuharus berpijak?

Dengan apalagi kuharus bernafas?

Bagaimana kuharus hidup?

Buat apa kuhidup jika hanya untuk ditelan musuh?

Sedang hidup saat ini adalah penentu pilihan

Abadi bersama musuh dalam kelam nan ganas,

atau hidup dalam Dia dengan sejahtera melimpah

Sejauh mata memandang hanyalah gelap dan kobaran api

Titik-titik terang dimana-mana ditelan api, sisakan abu dan asap

Semua nyata, senyata diriku dan senyata panas menghanguskan

Lalu musuh dan berlaksa-laksa pasukan datang memburu

Lalu terdengar ajakan:

“Jangan panik atau takut. Tetaplah tenang. Pejamkan mata, hanya di dalam Roh dan kebenaran kau selamat!”

Kupejamkanlah mata dalam doa pada-Nya,

Lutut tertekuk dalam segala sesal dan ucap syukur

Kusujud memuji dan menyembah, hingga kutemui:

Hanya dalam Roh, bahaya nyata sirna

Hanya dalam Roh, api terangmu yang sejuk kian nyata mengatasi segala nyala api

Hanya di dalam Roh, aku dimurnikan, diberi ampunan pendamaian

Lalu Ia semakin erat memeluk aku

Aku pun hidup.

MosF, Ungaran, 21 Agustus 2010

Inilah proses pembuatan lukisan.

Garap lukisan "Tenang di pelukan Roh-Nya"
Garap lukisan “Tenang di pelukan Roh-Nya”

Billy kecil pun ikut membantu bersama kakaknya Yana Priskila dan Ima Jemima. Ha ha ha… thanks guys!

Dari geladak kapal penuh BerKaT (Bersyukur Kepada Tuhan!), Agustus 2010.

Blog di WordPress.com.

Atas ↑